Monday, 28 May 2012

A.      Pengertian Perilaku Nonverbal
Di dalam relasi konselor-klien terjadi perilaku verbal (bahasa lisan) yang di dalamnya terlihat pula perilaku nonverbal, seperti gerak, isyarat, gerak tubuh, air mata, getaran suara, cara duduk, dan sebagainya. Bahasa lisan (verbal) mungkin saja bertentangan dengan perilaku nonverbal, dan mungkin pula perilaku nonverbal tersebut mendukung/menekankan bahasa lisan.
Perilaku nonverbal tidak muncul secara acak, akan tetapi berada dalam setiap elemen helping relationship. Artinya, klien terus saja menghadirkan perilaku tersebut bersamaan dengan lisannya. Sebab setiap saat klien mungkin saja secara tak disadari menekankan atau menentang bahasa lisannya dengan perilaku nonverbal.
Suatu ilmu yang mempelajari bahasa tubuh (body language) diberi nama kinesics, yaitu  ilmu yang didasari atas pola-pola perilaku yang berhubungan dengan gerak tubuh termasuk gerak jari-jari, tangan, bibir, dan mata. Suatu studi (Julius Fast, 1973) menunjukkan bahwa bahasa tubuh dapat bertentangan dengan bahasa verbal. Suatu contoh yang klasik adalah seorang gadis yang mengatakan kepada konselor bahwa dia sangat membenci pacarnya, sementara pada air matanya ia memungkiri.
B.       Klasifikasi Perilaku Nonverbal
Berdasarkan penelitian, perilaku nonverbal dapat dikelompokkan menjadi:
1.    Body motion atau kinesics behavior. Termasuk di dalamnya gestures (gerak isyarat), gerakan tubuh, pernyataan air muka, perilaku/gerakan mata.
2.    Physical characteristic, (karakteristik fisik): yang termasuk tanda-tanda fisik yang tak bergerak seperti, bau badan/mulut, berat, tinggi, dan sebagainya.
3.    Touching behavior, yaitu perilaku-perilaku dalam kontak dengan orang lain seperti usapan, salaman, ucapan selamat tinggal, memukul, dan memegang.
4.    Paralanguage, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan lisan/bahasa/suara, termasuk kualitas bahasa seperti tekanan suara, rirme/irama, tempo, artikulasi, resonansi, dan karakteristik vokal.
5.    Proxemics, penggunaan jarak atau kedekatan.
6.    Artifac, penggunaan lipstik, parfurm, kacamata, wig, dan sebagainya.
7.    Environmental factor, penggunaan perobatan, dekorasi interior, lampu-lampu, harum-haruman, warna, temperatur, musik, suara, dan sebagainya.
C.      Tujuan Perilaku Nonverbal
Mengenai tujuan-tujuan perilaku nonverbal telah dikelompokkan oleh Paul Ekman dan W.V. Friesen dalam bukunya The Repertoire of Noverbal Behavior (1969) yaitu:
1.    Sebagai emblems (lambang).
2.    Sebagai ilustrator (juru lukis).
3.    Sebagai effect display (pertanyaan-pertanyaan perasaan) seperti ekspresi air muka yang diulangi, memperbesar, pertentangan, atau berhubungan dengan keadaan peraaan dalam verbal (marah, takut, senang)
4.    Sebagai regulations (pengaturan-pengaturan) terhadap perbuatan seperti goyangan kepala, kerlingan mata, yang memelihara atau mengatur pembeciraan dan mendengarkan.
5.    Sebagai adapters yaitu penyesuaian gerak tubuh dan penyesuaian emosi.
D.      Perilaku Nonverbal dalam Konseling
1.    Metode penggunaan fotografi
Tujuan metode ini adalah untuk menentukan apakah emosi dapat diteliti dengan cermat. Kelemahan metode penggunaan fotografi adalah karena ketiadaan gerakan dan kurangnya informasi tentang urutan kegiatan perilaku dalam fotografi itu.
2.    Metode film dan video
Ruang konseling dilengkapi dengan kamera TV pengintai (surveillance camera) untuk dipancarkan ke layar TV di ruangan observasi dimana berkumpul beberapa calon konselor untuk mengamati emosi, stres, perilaku nonverbal, dan bahasa lisan dari klien itu.
3.    Gerakan isyarat
Gerakan isyarat juga telah diteliti dalam beberapa setting drama, pidato, dan kegiatan belajar mengajar. Perilaku nonverbal kegiatan belajar-mengajar di kelas telah diteliti dengan menggunakan rekaman film dan video. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki keterampilan guru dalam mengajar serta respon guru terhadap berbagai emosi siswa di kelas.
4.    Setting wawancara
Di dalam setting wawancara, khususnya wawancara konseling, konselor dapat mengamati bahasa nonverbal klien misalnya klien stres, klien dengan isyarat tertentu, pengawakan tubuh waktu duduk, serta gerakan tubuh yang mengandung makna-makna tertentu.
5.    Pengamatan psikiatris
Masyarakat Indonesia dengan budayanya yang pluralistik juga mempunyai isyarat-isyarat bahasa nonverbal dimana secara umum dapat dimaknai oleh orang Indonesia. Berikut ini beberapa bahasa isyarat dalam perilaku nonverbal pada budaya Indonesia.
a.    Membelalakkan mata; marah, terkejut, menentang, heran.
b.    Muka merah; malu, menahan marah.
c.    Dahi dikerutkan, mata agak terpejam, menghadapi kesukaran.
d.   Menggosok-gosok mata, menghadapi kesukaran, berpikir.
e.    Menggaruk-garuk kepala, menahan malu, kesal.
f.     Memegang kepala dengan dua tangan sambil tertuntuk; kecewa, konflik, stres, keadaan pelik menekan.
g.    Telinga merah; menahan malu, marah.
h.    Menggoyang-goyangkan kaki saat duduk; menahan stres.
E.       Perilaku Verbal dan Nonverbal Konselor
Saat seorang konselor menghadapi klien, dia mengkomunikasikan perilaku verbal dan nonverbal. Dengan demikian semestinya konselor akan perilaku dalam tugas mencapai tujuan konseling. Namun tidak semua perilaku verbal dan nonverbal konselor dapat membantu klien sehingga membuat konselor efektif.
Sering terjadi perilaku konselor kurang bermakna, suka mengkritik dengan tajan, kurang bersahabat, dan sebagainya. Lisan konselor yang demikian itu akan membuat klien menjadi enggan berbicara dengan dia. Di samping itu ada pula perilaku nonverbal konselor yang membuat klien sebel, kesel, dan sebagainya. Mengapa terjadi hal-hal yang demikian itu? Karena konselor kurang sensitif dan kurang terlatih dengan perilaku verbal dan nonverbal.



Sumber :
Sofyan S. Willis. 2009. Konseling Individual Teori dan Praktik. Bandung: ALFABETA

0 komentar:

Post a Comment

Categories

Popular Posts

SAHABAT BLOGGER

Ordered List