Wednesday 8 June 2011


A.  Sejarah Kerajaan Mughal Di India
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Ada tiga kerejaan besar Islam, yaitu Kerajaan Usmani, Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Diantara kerajaan besar tersebut, kerajaan yang Mughal inilah yang termuda. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak benua India.
Pembentukan kerajaan Mughal di India menjadi kerajaan Islam terjadi pada masa kekuasaan dinasti Bani Umayyah yaitu pada masa khalifah al Walid yang di pimpin oleh panglima Muhammad Ibnu Qasim. Dalam penaklukan wilayah India ini, kemudian pasukan Ghaznawiyyah dibawah pimpinan Sultan al Makmun mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini, dan berhasil menaklukkan kekuasaan Hindu, dan mengIslamkan sebagian masyarakat India pada tahun 1020 Masehi.
Setelah dinasti Ghaznawiyyah hancur, muncul dinasti-dinasti kecil seperti Mamluk (1026-1290 M), Halji (296-1316 M), Tuglug (1320-1412 M), dan dinasti-dinasti lain. Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), seorang keturunan timur Lenk. Dia adalah Shekh Kumar yang menjadi Amir di negeri Farghanah, keturunan langsung dari Miransah, putra ke-3 timur Lenk dan ibunya keturunan Jengis Khan.
Dia mewarisi tahta kekuasaan wilayah Farghana sejak usia 11 tahun, ia bercita-cita menguasai Samar Khan yang merupakan kota terpenting di Asia Tengah. Pertama kali ia mengalami kekalahan dalam ekspansi itu kemudian pada tahun 1494 M berkat bantuan Ismail I raja Syafawi, Babur menaklukkan SamarKhan, dan pada tahun 1504 M dia menaklukkan Kabul ibu kota Afganistan.
Dia taklukkan daerah yang luas di daerah utara anak benua yang kaya (India), dan meletakkan dasar untuk pemerintahan Mughal di India. Para penakluk, bangsa Turki dan Persia merupakan kasta berkuasa, sementera Islam adalah agama yang disenangi dibandingkan dengan agama Hindu dan agama Budha. Bahasa hukum dan kesusastraan ialah bahasa Persia baru.
Kemudian Babur melanjutkan ekspansinya ke India yang pada saat itu diperintah oleh Ibrahim Lodi. Dalam upaya menaklukkan India, Babur berhasil menaklukkan India. Dalam upaya menguasai India Babur berhasil menaklukkan Punjap pada tahun 1525 M. Kemudian pada tahun 1526 M dia mendapat kemenangan dalam pertempuran dipunjep sehingga pasukaannya dapat memasuki kota Delhi untuk menegakkan pemerintahan Babur dikota Delhi, maka berdirilah raja Mughal di India pada tahun 1526 M.
Tapi dari pihak-pihak musuh, terutama dari pihak ibu yang tidak menyukai berdirinya kerajaan Mughal ini segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran, sementara itu dinasti Lodi bersaha bangkit kembali untuk menentang pemerintanhan Babur. Kejadian tiu terjadi pada saat Babur dapat menumpas mereka, dan setelah itu setahun kemudian Babur wafat. Babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun setelah memrintah selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun.
Humayun, putra sulung Babur, dalam melaksanakan pemerintahan banyak menghadapi tantangan. Sepanjang masa kekuasaannya selama Sembilan tahun (1530-1539 M) Negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. Di antara tantangan yang muncul adalah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan ini dapat dipadamkan. Bahadur Syah melarikan dir dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia, . di Persia ia menyusun kembali tentaranya. Kemudian dari sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja Persia, Tahmasp. Humayun dapat mengalahkan sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Ia kembali ke India dan mendudki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555 M. setahun setelah itu (1556 M), ia meninggal dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaannya, Din Panah.
B.  Kehidupan Raja-Raja Mughal
Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah Al-Wahid, dari dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim.
Era kemaharajaan Mughal berlangsung dari tahun 1526 M (era dinasti Babur) sampai sekitar tahun 1707 M (dinasti Awramzib). Demikian makmur dan kayanya para maha raja ini, bisa dikatakan bahwa antara abad ke-16 sampai abad ke-17, India mengontrol sekitar ¼ ekonomi global.
Duta besar inggris pada tahun 1616 M, sir Tomas Sir Thomas Ru, dalam siratnya menggambarkan kekayaan raja Jahangir (1569-1627 M) begitu melimpahnya sampai-sampai ia menyebutnya sebagai “kekayaan dunia”.
Jahangir pribadi saat itu memiliki setidaknya 37,8 kg berlian (paling kecil 2,5 karat),300 kg mutiara, 50 kg batu mirah, dan 125 kg batu zamrut.
Kehidupan berlimpah para maha raja juga tercermin dari peralatan sehari-hari, seperti perangkat makan dan minum, bahkan alat-alat perang (bayangkan sebuah perisau perang bertaburan emas dan permata, apa tidak sayang dipakai untuk berperang?).
Pujangga India Rabindranath Tagore, bahkan melukiskan kekagumannya terhadap era pemerintahan syeh jehan, khususnya pada maha Tajmahal.

C.  Perkembangan Peradaban Kerajaan Mughal
1.    Dibidang Keilmuan
Kemajuan dibidang keilmuan yang sangat menunjul pada saat itu antara lain adalah pada masa Aurangzib, yaitu munculnya seorang sejarawan yang bernama abu fadzel dengan karyanya Akbar nama dan aini Akbar yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figur pemimpinnya. Kemudian, dibidang kedokteran di antranya adalah Dara Sukhuh yang mengarang kedokteran dara sukhuh, yang merupakan engkiklopedi medis besar akhir dalam Islam. Ia juga di kenal sebagai seorang sufi pengikut Vedanta. Ilmu medis Islam terus berkembang di India sepanjang abad 12 H atau 18 M seperti sekala dedokteran yang dibuat oleh muhammad akbar syah al zani dari Shiraz. Dengan kehadirannya, medis India atau Islam yang merupakan ilmu medis yang berbentuk filosofi ilmu medis (memakai pendekatan kepada Allah) hidup bersaing dengan ilmu medis modern Eropa.
Dan jasa yang tidak dapat dilupakan dari hasil karya putra Syah Jehan, namanya Auranzeb ialah membukukan hukum Islam mengenai soal Mu’amalat. Usaha kodifikasi ini dinamakan “Ahkam Alam Giriyah” menurut gelaran yang dipakinya.

2.    Dibidang Ekonomi
Di bidang ekonomi, raja Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Akan tetapi sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian.
Di sektor pertanian ini komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dangan baik. Kerajaan berhak atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu, hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijan, padi, kacang, sayur-sayuran, tebu, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu diekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun, dan kain tipis bahan gordiyn yang banyak diproduksi di Gujarat dan Bengal. Untuk meningkatkan produksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.

3.    Dibidang Seni
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menunjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa persia maupun yang berbahasa India. Penyair India yang terkenala adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar patmafat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia.
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang sicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa akbar dibangun istana Fapkur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan dibangun masjid yang berlapiskan mutiara dan Tajmahal di Agra, mejid raya Delhi dan istana indah dilghare .

4.    Dibidang Polotik
Sultan akbar mengrahkan apa yang dinamakan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan politik ini semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.

D.  Masa Keemasan Kerajaan Mughal
Raja-raja besar Mughal sepeninggalan babur tahun 1530 M, tahta kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bernama humayun. Walaupun babur telah berhasil menegakkan Mughal dari serangan musuh, namun humayun tetap saja menghadapi tantangan ia berhasil meredam pemberontakan bahadursyah, yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi.
Pada tahun 1540 M Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh SyarKhan,  yang mana pada saat itu peris dipimpin oleh penguasa syafawiyah yang bernama Tahmasp. Setelah 15 tahun menyusun kekuasaanya humayun menegakkan kembali kekuasaan Mughal, setahun kemudian humayun meninggal dunia akibat terjatuh dari tangga perpustakaanya,
Selanjutnya Humayun digantikan anaknya yaitu Akbar yang berusia 14 tahun, karena ia masih muda maka urusan kekeuasaan diserahkan pada Bairam Khan, seorang Syi’i. Pada masa Akbar inilah kerajaan Mughal mencapai keemasannya.
Setelah Akbar dewasa, Akbar berusaha menyingkirkan Bairamhan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan aliran Syi’ah. Dan Bairam mengarakan pemberontakan pada tahun 1561 M, tetapi tetap bisa dikalahkan oleh Akbar. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah.
Akbar juga menerapkan apa yang dinamakan dengan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai kerajaan yang besar, karena dua gerbang India yaitu Abul dan kota Kandahar dikuasai oleh Akbar. Kemajuan yang telah dicapai oleh Akbar dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jhangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M) dan Hindu (1658-1707 M). Ketiganya merupakan raja-raja besar Mughal yang didukung oleh kekuatan militer yang sangat besar.

E.  Masa Kemunduran Kerajaan Mughal
Mughal sudah mengalami masa keemasan selama setengah abad, para pelanjut Hindu tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibangun oleh sultan-sultan sebelumnya.
Kekuasaan politiknya menjadi merosot akibat tahta kepemimpinannya dijadikan rebutan, sehinnga terjadi separatis Hindu, konflik-konflik yang berkepanjangan ini mengakibatkan pengawasan daerah-daerah menjadi lemah dan satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat.
Kemudian pada pemerintahan Syeh Alam (1760-1806 M) kerajaan Mughal diserang oleh pasukan afganistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Turanni. Kekalahan Mughal dari serangan ini berakibat jatuhnya Mughal pada kedalam kekuasaan Afgan. Ketika kerajaan Mughal dalam keadaan lemah, Inggris semakin kuat posisinya, tidak saja dalam perdagangan, tapi juga dalam bentuk politik dengan dibentuknya EIC (The East India Timur Compani). Militer Inggris berhasil menekan Syekh alam sehingga melepaskan wilayah kuth, bengal kepada Inggris. Selanjutnya sultan akbar 2 (1806-1837 M). Pengganti ayahnya memberikan konsensi pada EIC untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang di inginkan pihak Inggris dengan syarat perusahaan Inggris menjamin kehidupan raja dan pihak istana.
Berbeda dengan ayahnya bahadur Syakh, menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya itu sehingga menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Ketika pihak Inggris mengalami kerugian dan harus tetap menjamin kehidupan raja dan keluarga istana, maka Inggris memungut pajak yang tinggi terhadap rakyat, sehingga hal ini menimbulkan pemberotakan dengan menjadikan Bahadur Syah sebagai pemimpin mereka dalam pertempuran bulan Mei 1857 M. Dan Inggris berhasil mengalahkan mereka dan Bahadur Syah diusir dari istana pada tahun 1858 M. Dengan demikian berakhirlah kerajaan Islam Mughal di India dan tinggallah di sana umat Islam yang haeus berjuang mempertahankan eksistensi mereka.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:
1.    Terjadi stagnasi dalam penbinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritime Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan, mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
2.    Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang Negara.
3.    Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecendrungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4.    Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.

Monday 6 June 2011

A.  Hakikat Pemimpin
“Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.”[1]
            Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

Sunday 5 June 2011


 A.  Aneka Ragam Bentuk Belajar
Komponen-komponen dalam proses belajar dapat digambarkan sebagai S R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan garis diantaranya adalah hubungan antara stimulus dengan respons yang terjadi dalam diriseseorang yang tidak dapat kita amati,yang bertalian dengan sistem alat saraf dimana terjadi transformasi perangsang yang diterima melalui alat pria.
Stimulus itu merupakan input yang berbeda diluar individu dan proses adalah outputnya, yang juga berada diluar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati. Pelambangan proses belajar sebagai S     R tidak berarti bahwa proses belajar ini merupakan suatu variasi dari teori S    R menurut Thorndike atau Skinner.
1.      Pola-pola Belajar Sisiwa
Robert M. Gagne membedakan pola-pola belajar siswa kedalam delapan tipe, dimana yang satu merupakan prasyarat bagi lainnya yang tinggi hierarkinya. delapan tipe belajar dimaksud adalah:
a.      Belajar Tipe 1: Signal Learning (belajar Isyarat)
Belajar tipe ini merupaka tahap yang palingbdasar.jadi tidak menuntut prasyaratan, namun merupakan hierarki yang harus dilalui untuk tipe belajar yang paling tinggi. Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat involuntary K(tidak sengaja dan tidak disadari tujuannya). Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. kondisi yang di perlukan buat berlangsungnya ti.pe belajar ini, adalah diberikannya stimulus (signal) secara serempak, perangsang-perangsang tertentu secara berulang kali. Signal learning ini mirip dengan conditioning menurut Pavlov yang timbul setelah sejumlah pengalaman tertentu. Repons yang timbul bersifat umu dan emosional, selain timbulnya dengan tak sengaja dan tak dapat dikuasai.
contoh: Aba-aba “Siap” merupakan suatu signal atauisyarat untuk mengambil sikap tertentu. Melihat wajah ibu menimbulkan rasa senang wajah ibu disinimerupakan isyarat yang enimbulkan perasaan senang itu. Melihat ular yang besar menimbulkan rasa jijik. melihat ular itu merupaka isyarat yang menimbulkan perasaan tertentu. Respons yang timbul bersifat umum, kabur, emosi, onal.  

b.      Belajar Tipe 2: Stimulus-Response Learning (Belajar Stimulus Respons)
Bila tipe diatas dapat digolongkan dalam jenia classical condition, maka tipe belajar 2 ini termasuk kedalam instrumental (Kinble, 1961) atau belajar dengan trial and error (mencoba-coba). Proses belajar bahasa pada anak-anak merupakan proses yang serupa dengan ini. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah faktor inforcement. waktu antara stimulus pertama dengan berikutnya amat penting. Makin singkat jarak S-R dengan S-R berikutnya, semakin kuat reinforcement.
Cintoh: Anjing dapat diajar “memberi salam” dengan mengangkat kaki depannya bila kita katakan “Kasih tangan” atau “Salam”. Ucapan kasih tangan merupakan stimulus yang menimbulkan respons memberi salam oleh anjing itu.
berdasarkan contoh diatas, jelas bahwa kemampuan itu tidak diperoleh dengan tiba-tiba, akan tetapi melalui latihan-latihan. Respons dapat diatur dan dikuasai. Respons bersifat spesifik, tidak umum dan kabur. Respons diperkuat atau di-reinforce dengan adanya imbalan atau reward. Sering gerakan motoris merupakan komponen dalam respon itu. dengan belajar timulus-respons ini seorang pelajar mengucapkan kata-kata dalam bahasa asing. Demikian pula seorang bayi belajar mengatakan ”Mama”.

c.       Belajar Tpe 3: Chaining (Rantai atau Rangkaian)
Chaining adalah bealajar menghubungkan satuan ikatan S-R (Stimulus-Respons) yang satu dengan lain. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini antara lain, secara internal dan anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining.
Contoh: dalam bahasa kita banyak contoh chaining seperti ibu-bapak, kampong halaman, selamat tinggal, dan sebagainya. juga dalam perbuatan kita banyak terdapat chaining ini, misalnya pulang kantor, ganti baju, makan malam dan sebagainya. Chaining terjadi bila terbentuk hubungan antara beberapa S-R, sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi. Jadi berdasarkan hubungan (contiguity)  

d.      Belajar Tipe 4 . Verbal Association(Asosiasi verbal)
Baik chaining maupun verbal association, kedua tipebelajar ini setaraf, yaitu belajar menghubungkan satuan ikatan S-R yang satu denganyang lain. Bentuk verbal  Association yang paling sederhana adalah bila diperlihatkan “bujur sangkar”, atau mengatakan “itu bola saya”, bila dilihatnya bolanya. Sebelumnya ia harus dapat membedakan bentuk geometris agar dapatmengenal “bujur sangkar” ‘saya’ dan ‘itu’. Hubungan itu terbentuk, bila unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu segera mengikuti yang satu lagi (contiguity)

e.       Belajar Tipe 5: Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)
Discrimination Learning atau belajar mengadakan pembeda. Dalam tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan pengujian di antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respons dianggap paling sesuai. Kondisi utama bagi berlangsungnya proses belajar ini adalah anak didik sudah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan Association serta pengalaman (pola S-R).
Contoh: Anak dapat mengenal berbagai merk mobil beserta namanya, walaupun tampaknya mobil itubanyak bersamaan. Demikian puladapat membedakan manusia yang satu dari yang lain; juga tanaman, binatang, dan lain-lain. Guru mengenal anak didik serta nama masing-masing karena mampu mengadakan diskriminasi diantara anak-anak itu. Diskriminasi didasarkanatas chain. misalnya harus mengenal mobil tertentu beserta namanya. Untuk mengenal modellain harus pula diadakan chain baru, dengan kemungkinan yang satu akan mengganggu yang satunya lagi.
makin banyak yang harus dirangkaikan, makin besar kesulitan yang dihadapi, karena kemungkinan ganggauan atau interference itu, dan kemungkinan satu chain dilupakan.

f.       Belajar Tipe 6: Consept Learning (Belajar Konsep)
Consept learning adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia mementuk suatu pengertian atau konsep, kondisi utama yang diperlukan dalah menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.
Belajar konsep mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan represesentasi internaltentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Mungkin juga binatang dapat melakukan demikian, akan tetapi sangat terbatas. Manusia dapat melakukannya tanpa batas berkat bahasa dan kemampuannya mengabtraksi. Dengan menguasai konsep, ia dapat menggolongkan dia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar, jumlah, dan sebagainya. Ia dapat menggolongkan manusia menurut hubungan keluarga, sepertibapak, ibu, paman, sauadara, dan sebagainya; menurut bangsa, pekerjaan, dansebagainya. Dalam hal ini, kelakuan manusia tidak dikuasaioleh stimulus dalam entuk fisik, melainkan dalam bentuk abstrak. Misisalnya kita dapat menyuruh anak dengan perintah: “Ambilkan botol yang ditengah”. Untuk mempelajari suatu konsep, anak harus mengalami berbagai situasi dengan stimulus tertentu. Dalam pada ituia harus dapat mengadakan diskriminasi untuk membedakan apa yang termasuk konsep itu. Proses belajar konsep memakan waktu dan berlangsung secara berangsur-angsur.  

g.      Belajar Tipe 7 : Rule Learning (Belajaran Aturan)
 Rule Learning atau belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoprasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif, dedukatif, analisis, sintesis, asosiasi, deferensiasi, komparasi, dan kausalitas) sehingga anak didik dapat menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai “rule” prinsip, adil, aturan, hukum, kaidah,dan sebagainya.
Belajar aturan adalah tipe belajar yang banyak terdapat dalam pelajaran di sekolah. banyak aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang yang terdidi. Aturan ini terdapat dalam tiap mata pelajaran. Misalnya, benda yang dipanaskan memuai, (a + b) (a – b) = a2-b2, untuk menjamin keseamatan Negara harus diadakan pertahanan yang ampuh, tiap warga Negara harus setia kepada negaranya, dan sebagainya. ada yang mengatakan, bahwa anak-anak harus “menemukan sendiri” aturan-aturan itu. ada pula yang berpendirian, aturan-aturan dapat juga dipelajari dengan “memberitahukannya’ kepada anak didik disertai dengan contoh-contoh, dan cara ini lebih singkat dan tidak krang efektif. Mengenal aturan tanpa memahaminya akan merupakan “verbal chain” saja dan ini hanya menujukan cara belajar yang salah.
Kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar seperti ini, disarankan:
1)      Kepada anak didik diberitahukan bentuk performance yang diharapkan.
2)      Kepada anak didik diberikan sejumlah pertanyaan yang merangsang, mengingatkannya (recall) terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari.
3)      Kepada anak didik diberiakan beberapa kata kunci yang menyarankan anak didik ke arah pembentukan kaidah tertentu yang diharapkan.
4)      Diberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengekspresikan dan menyatakan kaidah tersebut dengan kata-katanya sendiri.
5)      Kepada anak didik diberikan kesempatan selanjutnya untuk menyusun ‘rile’ tersebut dalam bentuk statement formal.  

h.      Belajar Tipe 8 : Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Problem solving adalah belajar memecahkan masalah pada tingkat ini para anak didik belajar merumuskan dan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematika, yang memperguakan berbagai kaiadah yang telah dikuasainya. Menurut John Dewey belajara memecahkan masalah itu berlangsung sebagai berikut: individu menyadari masalah bila ia di hadapakan kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya semacam kesulitan. Langkah-langkah memecahkan maslah, adalah sebagai berikut:
1)      Merumuskan dan menegaskan masalah
Individu melokalisasi letak sumber kesulitan, untuk memungkinkan mencari jalan pemecahannya.
2)      Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis
Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk pengalaman orang lain dalam menghadapi pemecahan masalag yang serupa.
3)      Mengevaluasi alternatif pemecahan dikembangkan
Setiap alternatif pemecahan ditimbang dari segi untung ruginya. Selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan memilih alternatif yang dipandang paling mungkin (feasible) dan menguntungkan.
4)      Mengadakan pengujian atau ferifikasi
Mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental alternatif pemecahan yang dipilih, dipraktekan, atau dilaksanakan. Dari hasil pelaksanaanitu diperoleh informasi untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dirumuskan.
Dengan demikian proses beljar yang tertinggi ini hanya mungkin dapat berlangsung kalau proses-proses belajar fundamental lainya telah dimiliki dan dikuasai, menurut kondisi lain yang diperlukan adalah bahwa kepada anak didik hendaknya:
1)      Diberikan stimulus yang dapat menimbulkan situasi bermaslah dalam diri anak didik
2)      Diberikan kesempatan untuk memilih dan berlatih merumuskan dan mencari alternatif pemecahannya
3)      Diberian kesempatan untuk berlatih dan mengalami sendiri melaksanakan pemecahan dan pembuktiannya.
Dengan proses pengidentifikasian entering behavioral seperti dijelaskan dalam uraian terdahulu, guru akan dapat  mengidentifikasi pada tahap belajar atau tipe belajar yang telah di jalanunya. atas dasar itu guru dapat memilih alternatif strategi pengorganisasian bahan dan kegiatan belajar mengajar.

 A.  PENGARUH SOSIOKULTURAL PADA KESEHATAN, PENYAKIT, DAN PELAYANAN MASAYARAKAT
Salah satu peran pendidikan yang utama adalah untuk memperbaiki kualitas hidup manusia. Apakah melalui riset atau layanan kesehatan primer atau sekunder, kita menanti-nanti akan suatu hari dimana kita mampu mendiagnosa dan mengobati penyakit medis,

Wednesday 1 June 2011



A. Perkembangan Tingkah Laku Anak
Secara Yuridis, perkataan “anak” dan bahkan “orok” berlaku bagi siapa saja yang belum mencapai usia dua puluh satu tahun. Sedangkan dalam bahasa sehari-hari, biasanya dikenakan pada siapa saja yang belum menginjak remaja.

Categories

Popular Posts

SAHABAT BLOGGER

Ordered List