Seorang muslim harus menyadari dan meyakini bahwa Allah SWT itu maujud yakni ada, dan ia memiliki asmaul husna (nama-nama yang terbaik)dan memiliki sifat-sifat yang luhur yang menunjukkan kesempurnaan-Nya yang mutlak.
Yang dimaksud dengan tauhid sifat (Esa dalam sifat) ialah bahwa sifat-sifat Allah tidak sama dengan sifat-sifat yang lain dan tak seorang pun yang mempunyai sifat sebagaimana sifat Allah SWT. Sifat-sifat luhur yang dimiliki Allah merupakan penetapan dan kesempurnaan ketuhanan-Nya serta keagungan illahi-Nya.
Sifat Allah itu berbeda dengan sifat-sifat manusia yang terbagi-bagi. Kekuasaan Allah tidak terbagi-bagi, sedangkan kekuasaan manusia adalah terbagi-bagi, demikian juga sifat-sifat lain yang ada pada manusia pun terbagi-bagi. Dengan demikian, jelas bahwa segala pikiran yang mempersamakan sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya adalah tidak benar.[2]
Allah berfirman:
4 ¼çmoY»ysö7ß™ 4’n?»yès?ur $£Jtã šcqàÿÅÁtƒ ÇÊÉÉÈ
Artinya:
“Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.” (QS. Al-An’am: 100).
Metode iman dengan al-asma’was-shifat ada dua; pertama itsbat, kedua, Nafyu. Itsbat maksudnya mengimani bahwa Allah SWT memiliki al-asma was-shifat yang menunjukkan ke-Mahasempurnaan-Nya, misalnya: Allah SWT Maha mendengar, maha melihat, maha mengetahui, maha bijaksana, dan lain-lain. Sedangkan Nafyu maksudnya menafikan atau menolak segala al-asma’was-shifat yang menunjukkan ketidaksempurnaan-Nya, misalnya dengan menafikan adanya makhluk yang menyerupai Allah SWT dan lain-lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan tauhid al-asma’was-shifat.
Sehubungan dengan al-asma’was-shifat ini ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan secara lebih khusus:
1. Janganlah memberi nama Allah SWT dengan nama-nama yang tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an dan sunnah. Allah berfirman:
¬!ur âä!$oÿôœF{$# 4Óo_ó¡çtø:$# çnqãã÷Š$$sù $pkÍ5 ( (#râ‘sŒur tûïÏ%©!$# šcr߉Åsù=ムþ’Îû ¾ÏmÍ´¯»yJó™r& 4 tb÷rt“ôfã‹y™ $tB (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ ÇÊÑÉÈ
Artinya: “hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya]. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-A’raaf :180)
2. Janganlah menyamakan (tamtsil), atau memiripkan (tasybih) zat Allah SWT, sifat-sifat dan af’al (perbuatan-Nya) dengan makhluk manapun. Allah berfirman:
…4 }§øŠs9 ¾ÏmÎ=÷WÏJx. Öäï†x« ( uqèdur ßìŠÏJ¡¡9$# çŽÅÁt7ø9$# ÇÊÊÈ
Artinya : “tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.” (Asy-Syura: 11)
3. Mengimani al-asma’ was-shifat bagi Allah SWT harus apa adanya tanpa menanyakan atau mempertanyakan “bagaimana”nya. Misalnya Allah menyatakan:
… §NèO 3“uqtGó™$# ’n?tã Ä…¸öyèø9$# ( ÇËÈ
Artinya : …“kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy” (Ar-Ra’du:2)
4. Dalam suatu hadits disebutkan bahwa Allah SWT mempunyai 99 nama:
لله تسعة و تسعون اسما مائة الا واحدا لا يخفظها احد الا دخل الجنة وهو وتر يحب الوتر (رواه البخارى و مسلم)
Artinya : “sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu. Tiadalah seseorang menghafalkan kecuali dia akan masuk sorga. Dia itu tunggal dan menyukai yang tunggal.”
5. Disamping istilah al-asma’al-husna ada lagi istilah “ismullah al-a’zham” yaitu nama-nama Allah SWT yang dirangkai di dalam do’a, antara lain seperti:
اللهم انى اسا لك بانى اشهد انك انت الله لااله الا انت الاحد الصمد الذي لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا احد
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada engkau, sesungguhnya aku bersaksi bahwa sesungguhnya engkau adalah Allah yang tiada tuhan melainkan engkau, Yang Maha Esa, tempat segala sesuatu bergantung, yang tiada beranak dan tiada pula dianakkan, dan tiada apapun yang setara dengan-Nya…”(HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan ibnu Majah).
اللهم لا اله الا انت المنان بديع السموا ت والارض ذوالجلال والاكرم
Artinya: Ya Allah, Tiada Tuhan melainkan Allah, Engkau yang maha pemberi anugerah, yang menciptakan langit dan bumi, yang memiliki keagungan dan kemuliaan…” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan ibnu Majah).
Rasulullah Saw mengatakan bahwa siapa yang berdo’a dengan ismullah al-a’zham do’anya akan dikabulkan, permintaannya akan diperkenankan. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah).[3]
v Makna beriman kepada asma’ (nama-nama) dan sifat Allah.
a. Makna beriman kepada asma’ dan sifat allah
Beriman kepada asma’ dan sifat allah yaitu menetapkan asma’ dan sifat allah berdasarkan apa yang ditetapkan oleh allah untuk diriNya di dalam al-Qur’an dan sunnah rasulnya SAW, sesuai dengan apa yang pantas bagi allah SWT.
Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai allah dalam asma dan sifatnya. allah taala berfirman:
ãÏÛ$sù ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur 4 Ÿ@yèy_ /ä3s9 ô`ÏiB öNä3Å¡àÿRr& $[_ºurø—r& z`ÏBur ÉO»yè÷RF{$# $[_ºurø—r& ( öNä.ätu‘õ‹tƒ ÏmŠÏù 4 }§øŠs9 ¾ÏmÎ=÷WÏJx. Öäï†x« ( uqèdur ßìŠÏJ¡¡9$# çŽÅÁt7ø9$# ÇÊÊÈ
“ (Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.(As-syura:11)
Dan allah mahasuci dari menyerupai salah satu makhluk (ciptaan)Nya dalam semua asma’ dan sifatnya.
Asma’ Allah adalah banyak, diantaranya Ar-Rahman, Al-Bashir, Al-Aziz. Allah berfirman :
Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÌÈ
“Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (Al-Fatihah: 3)
( uqèdur ßìŠÏJ¡¡9$# çŽÅÁt7ø9$# ÇÊÊÈ
0 komentar:
Post a Comment