Saturday, 10 September 2011

A.  Hakikat Konseling
Sasaran konseling yang menempati nilai penting/sentral dalam terapi behavioral. Sasaran umumnya adalah untuk bisa menciptakan kondisi belajar yang baru. Asumsinya adalah bahwa belajar bisa memperbaikiperilaku bermasalah (corey, 1996: 287). Ada dua perilaku penting dalam konseling ini yaitu klien dan konselor, bagi klien konseling adalah belajar kembali atau segala kesalahannya dalam belajar sebelumnya, sedangkan bagi konselor konseling adalah mengajar kembali terhadap 
klien yang bermasalah. Jadi, konseling behavioral pada hakikatnya adalah proses belajar mengajar kembali. Focus terapi adalah faktor yang mempengaruhi perilaku yang ada dan apa yang bisa dilakukan untuk mengubah perilaku itu.

B.  Kondisi perubahan
1.    Sikap konselor ( konselor )
Seperti terapi terpusat dari aliran limanisme ( aksiskensid, terpai diperpuasat pada pribadi dan gestalt ) sikap seseorang konelor itu adalah Hangat, empati, keedentikan, ikap permisif. Mau menerima tanpa syarat. Terapi behavioral juga menonjolkan sikap-sikap ini pada masalah, tetapi keduanya kalau terapi terpusat pada pribadi memandang sikap-sikapalah hubungan ini di anggap yang harus ada tetapi tidak cukup bisa terjadinya perubahan prilaku( corey,1996:290 ). Menurut Lazanus( 1989 ) tanpa sikap menghormati dri pihak konselor kepada kleinnya maka akan suuah untuk  mengembangkan kepercayaan yang di perlukn oleh para kliein untuk bisa terlibat dalam pengungkapan diri yang signipikan.

2.    Fungsi Atau Peran Konselor
Corey ( 1996: 288 ) menggambarkan, ada beberapa fungsi/ peranan konselor behavioral yang bia membawa kepda kondisi perubahan dalam terapi, yaitu:

a.    Ebagai Ahli klinis.
Para praktisi yang beririentasi behavioral dalam beberapa hal berfungsi seperti ahli klinis ada dua fungsi yang membedakan pelaku klinis behavioral: mereka menfokuskan kepada hal-hal yang khas, dan secara sisdematis berusaha untuk mendapatkan informasi tentang anteseden situasional, dimensi dari pelaku bermasalah, dan konseikuensi dari masalah itu.
b.    Sebagai Model
Fungsi penting lainnya dari konselor adalah pemodalan peranan untuk klien. Bandura ( 1986 ) berpendapat bahwa sebagian besar dari kegiatan belajar yang terjadi melalui penghayatan langsunh bia didapat juga melalui obserpasi pada perilaku orang lain salah satu peoses fundamental yang oleh klien diikuti dalam belajar berperilaku baru adalah lewat menirukan 
c.    Sebagai analisi
Sebagai analisis dimana konselor dalam proses konseling harus benar-benar mampu memfungsikan sirinya sebagai analisis, yaitu menganalisis masalah yang dialami klien, proses analisis ini diuashakan agar mendapat respon langsung dari klien, sehingga akan bisa menghindari kesalahan analisis yang lebih besar.
d.   Sebagai Konsultan
Terapi behavioral cenderung untuk aktif dan bersikap untuk mengarahkan serta berfungsi sebagai konsultan dan yang bisa menyelesaikan masalah. Oleh karena mereka menggukan model berusaha keras dalam mendorong perubahan perilaku dalam lingkungan alami klien, maka hal penting yang perlu mendapat perhatian mereka secara pribadi bisa bersikap menunjang.
e.    Sebagai Guru
Seorang konselor behavioral juga berfungsi sebagai guru yang mengajarkan cara-cara dan tehnik yang harus dilakukan klien dalam usaha merubah tingkah laku bermasalah.

           
3.    Klien
Dalam terapi behavioral ditekankan pada pentingnya kesadaran dan pasti klien dalam proses terapeutik, juha klien secara aktif terlibat dalam penyaringan penentuan sasaran. Klien dimotifasi untuk mau bekerja sama dalam pelaksaan aktifitas terapeutik, baik selama sesi terapi maupun dalam kehidupan.
Klien didorong untuk bereksperimen dalam memperluas repertoar ( lakon ) perilaku adaptif. Mereka ditolong untuk menggeneralisasi dan mentransper hasil belajar dalam situasi terapeutik keituasi diluar terapi. Konselin belum dianggap lengkap kecuali jika verbalisasi di tindak lanjuti dengan perbuatan. Klien diharapkan untuk berbuat lebih dari sekedar mengumpulkan pemahaman, mereka perlu memiliki kemauan untuk membuat perubahan.
Di samping itu yang penting tidak hanyan ikap kooperatif klien kepada peosedur terapiotik tetapi harapan positif dari klien tentang keefektifan terapi seringkali juga memberi sumbangannya atas suksesnya hasil akhir. ( corey, 1996: 290 ). Konselor behavioral yang terampil adalah merka yamg dapat mengkonseptualisoikan maslah secara behavioral dan memanfaatkan hubungan klien/ konelor sebagai fasilitator.

4.    Hubungan Konselor Dan Klien
Beberapa orang kritikus member ciri pada hubungan natara konselor behavioral dengan klien sebagai hubungan yang menipulatif yang mekanis dan sangat tidak manusiawi. Mekipun demikian, sebagian besar dari penulis behavioral menegaskan bahwa hubungan antara pribadi meupakan aspek yang esensial dari proses terapeutik.
Konselor behavioral tidak harus dimasukan dalam peranan tidak manusiawi yang mengurangi peran meraka menjadi semacam mesin yang terprogram yang memaksakan suatu perangkat tehnik pada klien yang seperti robot. Terapi behavioral kontemporer bertumpu pada pandangan ilmiah tentang perilaku manusia yang menuntut adanya pendekatan konseling yang sistematik dan terstruktur namun, focus ini tidak menurunkan nilai pentingnya hubungan terapeutik/ nilai darin pilihan yang di ambil sendiri dari klien. Seperti ditemukan oleh Corey ( 1996 : 286 ) bahwa terapi behavioral banyak bersifat mendidik.
Ada penekanan pada mengajar klien suatu ketrampilan untuk bisa menangani diri sendir, dengan harapan bisa bertanggung jawab untuk mentranfer apa yang telah mereka pelajari di control kehidupan sehari-hari.
Beberapa pembuktian penelitian dan klinis mengisyaratakan bahwa hubungan terapeutik, bahwa dalam konteks orientasi behavioral, dapat secara ignifikan memberikan sumbangannya pada proses perubahan behavioral.
Ø   Spiegler (1993) (dalam Corey, 1996: 289) setuju bahwa terap perilaku tidak bisa dilaksanakan dalam gaya yang kaku. Ditekankannya bahwa diperlukan hubungan terapeuttik yang baik agar bisa meningkatkan kemungkinan bisa lebih resentifnya di klien terhadap terapi.
Konselor dan klien membahas perilaku yang diasosiasikan dengan sasarannya, keadaan dari perubahan itu, derajat perubahan perilaku, sifat-sifat dari subsasaran, dan suatu rencana perbuatan yang mengarah ke sasaran itu. Hal itu merupakan hubungan antar pribadi konselor dank lien dalam konselor ini mencakup suatu usaha bersama (Corey, 1996, 287)
Ø   Corner dan Cormier (1985) (dalam Corey, 1992: 417-418) mengatakan bahwa proses ini menunjukkan sifat esinsial dari hubungan kolaboratif antara konselor dank lien yang mereka ricikan sebagai berikut:
a.         Konselor menjelaskan maksud dari sasaran itu.
b.        Klien mengkhususkan perubahan positif yang diinginkan sebagai hasil dari konseling.
c.         Klien dan konselor enentukan apakah sasaran yang disebutkan itu adalah perubahan yang “menjadi milik” klien.
d.        Bersama-sama mengeksplorasi apakah sasaran itu realistis.
e.         Mereka membahas kemungkinan adanya keuntungan yang diraih.
f.         Membahas kemungkinan kerugian.
g.        Berdasarkan informasi, diambil salah satu keputusan untuk melanjutkan konseling/meninjau kembali sasaran/mencari referral.
Setelah proses penyaringan dan penyetujan sasaran itu didapatnya, maka dimulailah proses pendifinisian sasaran.

C.  Mekanisme Perubahan
1.    Prosedur/ Langkah-langkah
Kuehnel dan liberman ( 1986 ) ( dealam corey, 1996 ) melukiskan inti terapisebagai proses dari penentuan dan pembenahan spesifikasi terhadap problema behavioral klien yang melalui enam langkah sebagai berikut:
a)    Mengidentifikasi perilaku yang dianggap mal-adaptif/ bermasalah
b)   Menentukan asset serta kekuatan yangdimiliki klien
c)    Membuat informasi yang terkumpul kedalam konteks dimana perilaku bermasalah itu terjadi.
d)   Mencakup setrategu untuk mengukur setiap perilaku bermasalah yang telah di identifikasi itu.
e)    Penguiat-penguat potensial klien di survai untuk mengidentifikasi orang, aktivitas, dan berbeda-beda yang bisa member motivasi dilakukannya penaganan dan bisa tetap terjadinya perubahan setelah terapi berakhir.
f)    Langkah terakhir dari proses penilaian mencakup formulasi dari sasaran penanganan.

2.    Teknik Konseling
Salah satu dari pendekatan behavioral pada konseling dan psikoterapi adalah pengembangan dari prosedur terapintek yang spesifek yang mau menerima adanya penyulingan lewat metode ilmiah. Corey (1996:291) mengemukakan beberapa teknik behavioral yang sering digunakan para praktisi, yaitu latihan bersantai, desensitisasi yang sistematis, metode pemodelan, program latihan memberikan tekanan, program menangani diri sendiri, dan terapi multimodel.
a.    Latihan Relaksasi (Bersantai)
Latihan relaksasi telah popular sebagai metode mengajar seseorang untuk menangani stress yang dihasilkan oleh kehidupan sehari-hari. Penggunaan yang paling umum latihan relaksasi ini adalah untuk masalah yang ada hubungannya dengan stress dan kecemasan yang sering manifertasikan  dalam gejala psikosomatik.
b.   Disensitasasi sistematik
Disensitasasi sistematik didasarkan pada prinsip kondisional klasik. Hal ini mencakup:
a)    Analisis behavioral dari stimulus yang menyebabkan kecemasan dan dibangunnyasuatu hirarki dari situasi penghasil kecemasan.
b)   Kemudian prosedur relaksasi itu diajarkan dan dipasangkan dengan scenario yang khayalkan.
c)    Stimulus yang menghasilkan kecemasan yang berkai-kali yang dipasangkan dengan latihan relaksasi sampai hubungan antara stimulus-stimulus serta response terhadap kecemasan itu terhapus.
1)   Latihan Bersantai
Selama beberapa sesi-sesi permulaan klien diberi pelajaran bagaimana caranya untuk relaksasi lankah dalam latihan bersantai:
(a).  konselor menggunakan nada suara yang tenang, lembut dan menyenangkan untuk mengajar pengendoran otak secara progresif.
(b).  kemudian pelajaran diberi pelajaran bagaimana mengendorkan semua otot selagi memandang berbagai bagian tubuhnya dengan tekanan pada urat wajah.
2)   Pengembangan hirarki kecemasan
Setelah wawancara permulaan dan selama tahap latihan  relaksasi, konselor bekerja dengan klien untuk mengembangkan hirarki kecemasan untuk setiap kawasan yang telah teridentifikasi.
3)   Desensitisasi Sistematik yang Tepat
Desensitisasi tidak dimulai dalam beberapa sesi setelah wawancara permulaan selesai dilakukan. Desensitisasi yang sistematis merupakan teknik yang cocok untuk menangani fobia dan juga telah digunakan secara efektif untuk menangani mimpi buruk, agnoreksianevosa, pemberang, gagap, dan deprisi.
c.    Metode Modeling
Istilah modeling, observational learning (belajar dengan mengamati), imitation (menirukan), social learning (belajar sosialisasi), dan vicarious learning (belajar dengan menggantikan) telah digunakan dengan pengertian yang sama dengan secara bergantian.
a)    Efek Modeling
Bandura membuat garis besar dari permodelan.
-          Pertama adalah didapatnya response ataupun keterampilan baru dan penampilan kedua itu.
-          Efek kedua dari permodelan adalah mencegah datangnya response rasa takut yang terjadi manakala perilaku si pengamat dengan satu dan lain cara telah dicegah.
-          Efek ketiga dari permodelan adal;ah pemberian fasilitas dari response, dimana seorang model memberikan isyarat kepada orang lain untuk meniru.
b)   Tipe Dari Model
Beberapa tipe model dapat digunakan dalam situasi terapeotik. Secara terus menerus konselor menunjukkan dirinya sebagai model bagi kliennya dalam keadaan yang bagaimanapun. Konselor perilaku bisa juga menggunakan model simbolik. Perilaku model ditunjukkan dalam film, pita vedio, dan alat perekam yang lainnya.
Model ganda (multiple models) terutama relevan untuk terapi kelompok.
Keuntungan dari model ganda adalah bahwa dari beberapa alternatif yang ada pengamat belajar cara perilaku, oleh karena itu mereka melihat beraneka ragam gaya perilaku yang sangat tepat dan berhasil.
c)    Penggunaan Klinis dari Metode Permodelan
Perry dan Furukawa (1986) menyuguhkan survei yang komprehensif dari penggunaan permodelan dengan beraneka populasi serta kawasan problema yang khusus. Pengaplikasian klinisnya termasuk penanganan pada perasaan takut pada ular usaha menolong anak-anak bisa menahan rasa takut pada operasi.
Permodelan juga digunakan dalam mengajar keterampilan kenseling kepada anggota staf dalam latar klinis.
d.   Latihan Menegaskan Apa yang Diinginkan (LMAD) atau Latihan Memberikan Tekanan
Pendekatan behavioral yang yelah mencapai popularitas adalah LMAD yang merupakan suatu bentuk dari latihan keterampilan bersosiolisasi. Pada setiap tingkat pengembangan dalam hidup, haruslah dikuasai keterampilan persosiolisasi utama.
Banyak orang yang mengalami kesulitan untuk menganggap bahwa merupakan hal yang pantas-pantas saja ataupun merupakan hak seseorang untuk menegaskan apa yang diinginkan. LMAD dapat berguna bagi orang-orang seperti berikut ini:
1.      Mereka yang sulit untuk mengungkapkan rasa amarah atau terganggu.
2.      Mereka yang sulit untuk mengatakan tidak.
3.      Mereka yang terlalu sopan dan yang memberikan orang lain memanfaatkannya.
4.      Merka yang sulit mengungkapkan rasa kasih dan respon-respon positif yang, dan
5.      Mereka yang merasa bahwa mereka tidak ada hak untuk mengungkapkan pendapat, apa yang mereka percayai, dan apa yang mereka rasakan.
Asumsi dasar yang melandasi LMAD adalah bahwa setiap orang ada hak (tetapi bukan kewajiban) untuk mengungkapkan perasaannya, pendapat, apa yang diyakini, seta sikap. Salah satu sasaran dari latihan semacam itu adalah untuk meningkatkan keterampilan behavioralnya sehingga mereka bisa menentukan pilihan apakah pada situasi tertentu perlu berperilaku seperti apa yang diinginkan atau tidak. Sasaran yang lain adalah mengajar orang untuk mengungkapkan diri dengan cara sedemikian rupa sehingga terefleksi kepekaannya terhadap perasaan dan hak orang lain.

e.    Program mengelola diri sendiri dan perilaku yang di arahkan sendiri
Mengelola diri sendiri adalah phenomena yang relative baru dalam konseling dan terapi. Setratege dalam mengelola diri sendiri mencakup, tetapi tidak terbatas pada, memantau sendiri, memberi imbalan sendiri, mengadakan kontrak sendiri, dan pengendalian stimulus. Setrategi mengelola diri sendiri telah diaplikasikan pada banyak populasi dan banyak mengelola sperti kecmasan, defresi dan kepedihan.
Dalam program mengelola diri sendiri, orang mengambil keputusan tentang hal yang berhubungan dengan perilaku khusus yang ingin dikendalikan atau diubah. Contoh yang umum diantaranya ialah mengendalikan merokok, minum alkohol, dan obat bius, kajin belajardan ketrampilan mengelola waktu, dan urusan kegemukan dan terlalu banyak makan.
Lima ciri dari program pengelolaan diri sendiri yang efektif dirinci oleh Cormier dan comier ( 1985 ) sebagai berikut:
1.      Kombinasi dari setrategi mengelola dori sendiri biasanya lebih dari pada hanya sebuah setrategi tunggal
2.      Penggunaan strategi yang konsisten adalah esensial.
3.      Perlu ditetapkan seperangkat sasaran yang realistis dan kemudian dievaluasi tingkatan beberapa yang bisa diraih dari sasaran itu.
4.      Penggunaan penguatan diri sendiri merupakan komponen yang penting dari program mengelola diri sendiri.
5.      Tunjangan yang diberikan oleh lingkungan harus ada untuk tetap di pertahankannya perubahan yang telah terjadi sebagai hasil dari program mengelola diri sendiri.  
Watson dan Tharp (dalam Corey, 1996: 432-433) menawarkan sebuah model yang didesain untuk perubahan yang arahkan sendiri pada empat tahap berikut:
a.       Penyaringan sasaran, tahap pembukaan mulai dengan merinci perubahan apa yang diinginkan.
b.      Menerjemahkan sasaran menjadi perilaku yang diinginkan.
c.       Memantau perkenbangan diri sendiri.
d.      Menyelesaikan rencana perubahan, tahap ini dimulai dengan perbandingan antara informasi yang didapat dari pemantauan sendiri dan standarseseorang akan perilaku spesifik.

f.     Terapi Multimodel
Teknik ini dikembangkan oleh Lazarus (1989) yang konprehensif, sistematik dan holistic. Terapi ini adalah suatu system terbuka dan mendorong adanya elektesisme teknis. Asumsi yang mendasari pendekatan ini adalah bahwa oleh karena seorang individu mengalami kesulitan yang disebabkan oleh oleh problema khas yang dihadapi, maka dianggap hal yang tepat kalau strategi penanganan ganda digunakan untuk mendapatkan perubahan. Konselor multimodel terus menerus menyesuaikan prosedurnya untuk bisa mencapai sasaran klien dalam terapi. Skema multimodel ini merupakan contoh tentang bagaiman konselor behavioral bisa menarik manfaat dari tiga kecendrungan umum dari pendekatan behavioral, yaitu klasik, operan, dan kognitif.
Konselor  multimodal “meminjam” tekni-teknik dari banyak system terapi lain. Beberapa dari teknik utama ini, yang mereka gunakan dalam psikoterapi individual adalah latihan mengatur kecemasan, latihan behavioral, biblioterapi, biofeed-back, latihan berkomunikasi, mengontrak apa yang mungkin terjadi, hypnosis, meditasi, permodelan, strategi paradoksal, khayalan positif, latihan bersantai, latihan memberi instruksi pada diri sendiri, latihan berfokus pada indera, latihan keterampilan bersosiolisasi dan berlaku tegas, proyeksi waktu, dan menghentikan pemikiran.
Beberapa asumsi dasar tentang konselor ada implikasinya pada praktek terapi multimodal.
a.       Konselor haruslah efektif ebagai pribadi.
b.      Konselor memerlukan keterampilan dan teknik yang luas untuk menengani deretan problema yang dikemukakan oleh klien.
c.       Konselor harus memiliki “eklektikisme teknis”; yaitu, mereka harus mampu menggunakan setiap tenik yang telah terbukti efektif untuk dipakai menangani problema yang spesifik.
Eklektikisme dianggap perlu adalah yang ilmiah dan memiliki tiga kualifikasi: keluasaan, kedalaman, dan kesepesifikan.

0 komentar:

Post a Comment

Categories

Popular Posts

SAHABAT BLOGGER

Ordered List