Saturday 10 September 2011

A.  Pengertian Baik dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa Arab, atau good dalam bahasa Inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang telah  mencapai  kesempurnaan. Sementara itu dalam Webster’s New Twentieth Centuri Dictionary, dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian dan seterusnya. Selanjutnya yang baik itu adalah sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, 
yang memberikan kepuasan.[1]Pengertian baik menurut ethik adalah sesuatu yang berharga untuk sesuatu tujuan. Sebaliknya yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan, yang merugikan, atau yang menyebabkan tidak trercapainya tujuan adalah buruk.[2]
Dan adapula yang berpendapat yang mengatakan bahwa secara umum, yang disebut baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Definisi kebaikan tersebut terkesan anthropocentris, yakni memusat dan bertolak dari sesuatu yang menguntungkan dan membahagiakan manusia.
Mengetahui sesuatu yang baik akan mempermudah mengetahui dalam mengetahui yang buruk. Dalam bahasa Arab, yang buruk itu dikenal dengan istilah Syarr, dan diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik,yang tidak seperti yang seharusnya, tak  sempuna dalam kualitas, dibawah standar, kurang dalam nilai, tak mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima, perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.[3]

B.  Penentuan Baik dan Buruk
Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka ukuran dan karakternya selalu dinamis, sulit dipecahkan. Namun demikian karakter baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur menurut fitrah manusia.[4]
 Poedjawinata menyebutkan sejumlah pandangan filsafat yang digunakan dalam menilai baik dan buruk, yaitu: hedonisme, utilitarianisme, vitalisme, sosialisme, religiosisme dan humanisme. 
1.    Baik  Buruk Menurut Aliran Adat- istiadat (Sosialisme)
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang berlaku dan dipegang teguh  oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang bai, dan orang yang menentang dipandang buruk. Di dalam masyarakat kita humpai adat- istiadat yang berkenaan dengan cara brpaikaian, makan, minum, bercakap-cakap, bertandang dan sebagainya.
Munculnya paham ini bertolak dari anggapan karena masyarakat itu terdiri manusia, maka ada yang berpendapat bahwa masyarakatlah yang menentukan baik buruknya tindakan manusia yang menjadi anggotanya.  Poedjawinata mengatakan bahwa adat-istiadat pada hakikatnya produk budaya manusia yang sifatnya nisbi dan relative.

2.    Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme
Aliran hedonisme adalah aliran filsafat yang berakar dari pemikiran filsafat yunani, khususnya pemikiran filsafat epicyrus. Menurut paham ini yang disebut perbuatan baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis. Aliran ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan ada pula yang mendatangkan kepedihan, apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang harus dilakukan, maka yang dilakukan adalah yang mendatangkan kelezatan.[5] Maka apabila terjadi keraguan dalam memilih sesuatu perbuatannya, harus diperhitungkan banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya. Sesuatu itu baik apabila diri seseorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan.
a.    Epicurus (341-270 SM)
Epicurus berpendapat bahwa kebahagiaan atau kelezatan ialah tujuan manusia. Tidak ada kekuatan dalam hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali penderitaan. Kelezatan akal dan rohani itu lebih penting dari kelezatan badan. Sebaik-baik kelezatan yang dikehendaki ialah kelezatan “ketentraman akal”.[6]    
b.    Golongan Epicurus
Berpendapat bahwa perbuatan-perbuatan itu tidak diukur  dengan kelezatan dan kepedihan yang terbatas waktunya saja, tetapi wajib bagi tiap-tiap manusia melihat kesemua hidupnya. Epicurus menyebutkan tiga macam kelezatan, yaitu:
1)   Egoistic Hedonisme
Menyatakan bahwa ukuran kebikan adalah kelezatan diri pribadi orang yang berbuat.  Karena dalam aliran ini mengharuskan kepada pengikutnya agar menyerahkan segala perbuatan untuk menghasilkan kelezatan yang sebesar-besarnya. 
2)   Universalistis Hedonisme
Menyatakan bahwa aliran ini mengharuskan agar manusia dalam hidupnya mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesama manusia dan bahkan pada sekalian makhluk yang berperasaan.[7]

3.    Baik dan Buruk Menurut Paham Intuisisme (Humanisme)
Intuisi adalah merupakan kekuatan bathin yang dapat menetukan sesuatu sebagai baik atau buruk dengan sekilas tanpa buah atau akibatnya. Paham ini berpendapat bahwa pada setiap manusia mempuyai kekuatan instink batin yang dapat membedakan baik dan buruk dengan sekilas pandang. Kekuatan batin ini terkadang berbeda refleksinya, karena pengaruh masa dan lingkungan, akan tetapi dasrnya ia tetap sama dan berakar pada tubuh  manusia.
Kekuatan batin adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia, tidak terambil dari kedaan luarnya. Menurut paham ini perbuatan yang baik adalah yang seasuai dengan penilain yang diberikan oleh hati nurani atau kekuatan batin yang ada dalam dirinya. Dan sebaliknya perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut hati nurani dipandang buruk.
Penentuan baik buruk perbuatan melalui kata hati yang dibimbing oleh ilham atau kintuisi ini banyak dianut dan dikembangkan oleh para pemikir akhlak dari kalangan islam. Dalam falsafah akhlak bahwa etika adalah tidak emosionalistik tetapi etika adalah ilham-ilham intuisi, menurutnya kekuatan itu tidak berupa emosi dan rasio, kekuatan itu yang menginstruksikan pada manusia agar melakukan berbagai kewjiban dalam hidupnya dan kekuatan itu terletak dalam diri dan batin manusia.
Penentuan baik dan buruk berdasarkan intuisi ini dapat menghasilkan penentuan baik dan buruk secara universal atau berlaku bagi masyarakat pada umumnya.

4.    Baik Buruk Menurut Paham Utilitarianisme
Menurut paham ini bahwa yang baik adalah yang berguna. Namun demikian paham ini terkadang cendrung ekstrim dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang materialistic. Selain itu paham ini juga dapat menggunakan apa saja yang dianggap ada gunanya. Kegunan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani bisa diterima.   

5.    Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme
Menurut paham ini yang baik adalah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang menaklukkan yang lemah dianggap sebagai yang baik. Paham vitalisme ini pernah dipraktekkan oleh kaum penguasa dizaman feodalisme terhadap kaum yang lemah dan bodoh. Kekuatan dan kekuasaan menjadi lambang dan status sosial untuk dihormati.

6.    Baik Buruk Menurut Paham Religiosisme
     Menurut paham ini yang dianggap baik adalah yang sesuai dengan kehendak tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai denga kehendak Tuhan. Dalam paham ini keyakinan teologis, yakni keimanan kepada Tuhan sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepada-Nya. Menurut Poedjawinata aliran ini yang dianggap yang paling baik dalam praktek. Namun terdapat pula keberatan trhadap aliran ini, yaitu karena ketidak umuman dari ukuran bauk dan buruk yang digunakan.

7.    Baik Buruk Menurut Paham Evolusi (evolution)
Paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini mengalami evolusi, yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada kesempurnaannya. [8]  Paham ini pertama  muncul di bawa oleh seoarang ahli pengetahuan bernama “Lamark” dia berpendapat bahwa jenis binatang itu berubah satu sama lainnya.[9] Pendapat ini bukan hanya berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan. Tetapi juga berlaku pada benda yang tak dapat dilihat atau diraba oleh indra, seperti akhlak dan moral.[10] Ada dua faktor pergantian:
a.    Lingkungan mengadakan penyesuaian dirinya menurut keadaan
b.    Warisan bahwa siafat-sifat tetap pada pokok, sesuai dengan pertengahan berpindah pada cabang-cabangnya.[11]
  Herbert Spencer (1820-1903) adalah seoarang ahli filsafat inggris yang berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh ecara sederhana, kemudian berangsur-angsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan kearah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan.
Dalam sejarah evolusi, Darwin (1809-1882) dia memberikan penjelasan tentang pemahaman ini dalam bukunya The Origin Of Species. Dikatakan bahwa perkembangan alami ini dedasari oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a.    Ketentuan alam
b.    Perjuangan hidup
c.    Kekal bagi yang lebih pantas
Yang dimaksud dengan ketentuan alam adalah bahwa ini menyaring segala yang Maujud.[12]

8.    Baik Buruk Menurut Aliran Idealisme
Aliran ini faktor terpenting dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata. Menurut Immanuel Kant untuk dapat terialisasinya tindakan dari kemauan yang baik, maka kemauan yang perlu dihubungkan dengan suatu hal yang akan menyempurnakannya. Poko-pokok pandangan etika idealisme menurut Immanuel Kant:
a.    Wujud yang paling dalam dari kenyataan (hakikat) ialah kerohanian.
b.    Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia adalah kemauan yang melahirkan tindakan yang  kongkrit. Dan yang menjadi pokok di sini adalah “kemauan yang baik”.
c.    Dari kemuan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang menyempurnakannya yaitu” rasa kewajiban”   

9.    Baik Buruk Menurut Aliran Tradisional
Tiap umat manusia mempunyai adat atau tradisi dan peraturan tertentu, yang dianggap baik untuk dilaksakan. Karna manusia itu kapan dan dimanapun juga dipengaruhi adat kebiasaan bangsanya. Jadi seandainya manusia itu menyalahi adat –istiadat bangsanya, maka hal itu sangat dicela dan dianggap keluar dari golongannya.
Aliran tradisional adalah aliran yang berpendapat bahwa yang menjadi norma baik dan buruk ialah tradisi atau adat kebiasaan.

10.    Baik Buruk menurut Aliran Naturalisme
Aliran ini berpendapat bahwa segala sesuatu dalam  dunia ini menuju kepada suatu tujuan tertentu. Yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia menurut aliran ini adalah perbuatan yang sesuai dengan fitrah atau naluri manusia itu sendiri.  

11.    Aliran Teologis
Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ujurab baik dan buruknya perbuatan manusia adalah didasarkan atas ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu diperintahkan atau dilarang oleh-Nya. Segala perbuatan yang diperintahkan Tuhan itulah yang baik dan segala perbautan yang dilarang itulah yang buruk, dimana ajaran-ajaran tersebut sudah dijelaskan dalam kitap suci.[13]

C.  Sifat dari baik dan Buruk
Sifat baikdan buruk  yang didasarkan pandangan filsafat adalah sesuai dengan sifat dari filsafat itu sendiri, yakni berubah relative nisbi dan tidak universal. Sifat baik buruk berdasarkan pandangan tersebut sifatnya subyektif, local dan temporal. Dan olrh karenanya nilai baik dan buruk itu sifatnya relative.

D.  Baik buruk Menurut Ajaran Islam
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Masalah  akhlak ajaran sangat mendapatkan perhatian yang begitu besar sebagaimana telah diuraiakan pada bagian terdahulu.[14]
Semua agama samawy termasuk islam, dalam pembangunan yang bersifat umum berpegang kepada pendidikan jiwa, sebelum mengharap yang lain-lainnya. Dan islam memberikan sumbangannya yang besar dalam menyelami jiwa manusia secara tuntas dan sekaligus menanamkan ajaran-ajarannya, sehingga mampu mengubah sifat negative pemeluknya.
Memang ada juga risalah nabi membicarakan masyarakat dan kedudukannya dalam hukum dan jenisnya, memberikan terapi dan jalan keluar dari berbagai kesulitan dan bermacam problem yang dihadapkan dalam berbagai bidang. Akhlak yang luhur merupakam jaminan yang kekal untuk seluruh kebudayaan.
Jiwa yang cacat, mengakibatkan simpang siur dan acak-acakan didalam hukum dan peraturan, yang bisa menjatuhkan martabat manusia kelembah kehinaan. Keutamaan dan kemuliaan memancar dari dalam hingga menjadikan perbuatan dan prilakunya yang baik dan terpuji di tengah-tengah golongan dan badai kehidupan. Pembangunan pribadi merupakan dasar utama dalam rangka menjadiakn dan mewujudkan kebaikan sebagai suatu yang dominan dalam kehidupan didunia ini. Apabila jiwa tidak baik akan gelaplah dunianya dan fitnah merajalela. Oleh karena itu Allah menjelaskan dan memperingatkan manusia dalam firmannya:
Artinya:”Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.[15]

Menurut ajaran islam penetuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-qur’an dan Al-hadits. Jika kita memperhatikan Al-qur’an maupun hadits berbagai istilah yang mengacu kepada baik, dan ada pula istilah yang mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya Al-hasanah, thoyyibah, khairiah, karimah, mahmudah, azizah dan al-birr.
a.    Al-hasanah dikemukakan oleh Al-Raghib al-Asfahani adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan seuatu yang disukai atau dipandang baik. Al-hasanah di bagi menjadi tiga bagian. Pertama dari segi akal, dari segi hawa nafsu dan dari segi panca indra.pemakaian al-hasanah yang demikian itu misalnya kita jumpai pada ayat yang berbunyi:
Artinya: ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.”
b.    Al-thoyyibah  khusus diagunakan untuk menggambarkan sesuatu yang mmberikan kelezatan kepada panca indra dan jiwa, sperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya. Lawannya adalah al-qabihah artinya buruk. Hal ini misalnya terdapat pada ayat yang berbunyi:

Artinya: “Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa" makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu.” (al-Baqarah: 57).
c.    Al-khair digunakan untuk menunjukan sesuatu yang baik oleh seluruh  umat manusia,seperti berakal, adil,keutamaan dan segala sesuatu yang  bermanfaat.Lawannya adalah al-syarr. Hal ini misalnya terdapat pada ayat yang berbunyi:


Artinya: “Barang siapa yang melakukan sesuatu kebaikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah maha mensyukuri kebaikan lagi maha mengetahui.”  (QS. Al-Baqarah, 2: 158).
d.   Al-mahmudah digunakan untuk menunjukan sesuatu yang utama sebagai akibat dari melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT, dengan demikian kata al-mahmudah lebih menunjukan pada kebaikan yang bersifat batin dan spiritual. Hal ini misalnya dinyatakan dalam ayat yang berbunyi:
Artinya: ”dan dari sebagian malam hendaknya engkau bertahajjud mudah-mudahan Allah akan mengangkat derajatmu pada tempat terpuji. (QS. al-Isra’, 17:79).
e.    Al-karimah digunakan untuk menunjukan pada perbuatan dan akhlak yang terpuji  yang ditampakan dalam kenyataan hidup sehari-hari. Selanjutnya kata al-karimah ini biasanya digunakan untuk menunjukan perbuatan terpuji yang sekalanya besar,seperti menafkahkan harta dijalan Allah,berbuat baik pada kedua orang tua dan lain sebagainya. Allah SWT.berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu mengucapkan kata “uf-cis” kepada kedua orang tua, dan janganlah membentaknya, dan ucapkanlah pada keduanya ucapan yang mulia.” (QS. Al-Isra’: 23).   
f.     Al-Biir digunakan untuk menunjukkan pada upaya memperluas atau memperbanyak melakukan perbuatan yang baik. Kata tersebut terkadang digunakan sebagai sifat Allah, dan terkadang juga untuk sifat manusia. Jika kata tersbut digunakan untuk sifat Allah, maka maksudnya adalah bahwa Allah memberikan balasan pahala yang besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka yang dimaksud adalah ketaatannya.
Berbagai istilah yang mengacu kepada kebaikan itu menunjukan bahwa dalam pandangan Islam meliputi kebaikan kebaikan yang bermanfaat bagi fisik, akal, rohani, jiwa, kesejahteraan di dunia dan kesejahteraan di akhirat serta akhlak yang mulia.
Untuk menghasilkan kebaikan yang demikian itu Islam memberikan tolok ukur yang jelas, yaitu selama perbuatan yang dilakukan itu ditujukan untuk mendapatkan keridhaan Allah yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan ikhlas. Perbuatan akhlak dalam Islam baru dikatakan baik apabila perbuatan yang dilakukan dengan sebenarnya dan dengan kehendak sendiri itu dilakukan atas dasar ikhlas karena Allah. Untuk itu peranan niat yang ikhlas sangat penting.
Selanjutnya dalam menentukan perbuatan yang baik dan buruk itu, Islam memperlihatkan criteria lainnya yaitu dari segi cara melakukan perbuatan itu. Seseorang yang berniat baik, tapi dalam melakukannya menempuh cara yang salah, maka perbuatan tersebut dipandang tercela. Orang tua yang memukul anaknya hingga cacat seumur hidup tetap dinilai buruk, sunguhpun niatnya agar anak tersebut menjadi baik. Demikian pula seseorang yang mengeluarkan sedeqah dianggap baik menurut agama, tetapi jika cara memberikan sedeqah tersebut dapat menyakitkan hati si penerima, maka perbuatan tersebut dinilai tidak baik.

Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah: 263).[16]

0 komentar:

Post a Comment

Categories

Popular Posts

SAHABAT BLOGGER

Ordered List