Sunday, 25 September 2011


 A.  Pengertian Lingkungan Pendidikan

حد ثنا اد م وكيع قا ل حد ثنا حما ديعني ابن سلمة عن محمد عن أبي هريرة قال قال رسو ل الله صل ا لله عليه وسلم كو نو عبا دالله اخوانا لا تعا دوا ولا تبا غضوا سد دوا وقاربواوأبشروا
 Artinya: “Telah menceritakan kepada kami oleh guru kami dan ia berkata, dan menceritakan kepada kami oleh Hamadun Ibn Salamah dari Muhammad dasi Abu Hurair dan ia berkata, berkata Rasulullah Saw: Jadilah kanu hamba Allah yang bersaudara, janganlah kamu bermusuh-musuhan dan jangan saling bermarah-marahan dan jalinlah tali kerabat  dan berikan khabar gembira.”
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fidik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.[1]

B.  Macam-macam Lingkungan Pendidikan
1.    Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak dan lembaga pendidikan yang bersifat kodrat. Serta lingkungan keluarga memiliki fungsi sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak, maksudnya lembaga pendidikan keluarga member pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak, melalui pendidikan keluarga ini kehidupan emosional atau kebutuhan akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi akan kebutuhan akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi atau dapat berkembang dengan baik.[2]
Sebagai pendidikan yang pertama dan utama, pendidikan keluarga dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang kemudian dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya. Sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan mengkombinasikan antara pendidikan yang diperoleh dari keluarga dengan pendidikan lenbaga tesebut.[3]

2.    Pendidikan Di Sekolah
Sekolah merupakan situasi peralihan dari situasi peralihan ke situasi permainan kepekerjaan. Dari situasi bebas ke situasi terikat dari situasi pergaulan kecil ke pergaulan yang besar. Sifat dari lembaga Pendidikan Sekolah adalah tumbuh sesudah keluarga artinya sekolah sebagai pendidikan formal bertugas untuk menambah lmu pengetahuan dan kecerdasan akal kemudian skolah mempunyai bentuk (forum) yang jelas dalam arti memiliki program yang telah direncanakan dengan teratur dan di tetapkan dngan resmi, kemudian fungsi sekolah :
a.    Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberi pengetahuan
Walaupun tidak dapat disangkal kebenarannya bahwa sekolah itu bertugas mengembangkan pribadi anak secara menyeluruh tapi fungsi yang penting adalah menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan.
b.    Specialisasi
Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial spesialisasinya di dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
c.    Sosialisasi
Sekolah mempunyai peranan yang penting juga di dalam proses sosialisasi yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial.
Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkmbang dari pemikiran efisiensi dan efektivitas di dalam pemberian pendidikan pendidikan kepada warga masyarakat. Fungsi pemberian pendidikan memang bukan sepenuhnya dan memang tidak mungkin di serahkan sepenuhnya kepada lembaga persekolahan. Sebab pengalaman belajarm pada dasarnya bisa di peroleh di sepanjang hidup manusia, kapanpun dan di amna pun, termasuk juga di lingkungan keluarga dam masyarakat itu sendiri.
Karena itu, fungsi sekolah terikat kepada target atau sasaran-sasaran yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri. Istilah masyarakat di sini, di dalamnya termasuk orang tua, pemerintah, lembaga-lembaga pemberi kerja dalam masyarakat, serta lembaga-lembaga sosial lainya yang berkepentingan dengan hasil pendidikan. Sekolah menanggung kewajiban fungsional terhadap kelangsungan dan perkembangan hidup masyarakat, yaitu dengan jalan penyiapan dan pembinaan warga ,masyarakat sehingga memiliki kemampuan dan pribadi yang di harapkan.[4]

3.    Pendidikan dalam Perkumpulan Pemuda
Jika pendidikan dalam keluarga mempunyai peranan penting di dalam menanamkan dasar pendidikan moril dan agama sedangkan peranan sekolah terutama dalam mengembangkan kecerdasan dan menyampaikan pengetahuan, maka peranan organisasi pemuda ini terutama di dalam mengembangkan segi sosial dari kehidupan pemuda.

C.  Jenis Lingkungan Belajar
Dari semua lingkungan masyarakat yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan buatan.
1.    Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama dan system nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Sebagai contoh : Dalam pelajaran Ilmu Bumi dan Kependudukan siswa diberi tugas untuk mempelajari aspek kependudukan di rukun tetangganya.

2.    Lingkungan Alam
Lingkungan Alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu, udara, musim, curah hujan,flora (tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan dfan lain-lain). Aspek-aspek lingkungan alam di atas dapat di pelajari secara langsung oleh para siswa melalui cara-cara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dengan mempelajari lingkungan alam diharapkan para siswa dapat lebih memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan cinta alam, kesadarn untuk menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta dalam menanggulangi kerusakan dan pencemaran limgkungan serta tetap menjaga keletariam kemampuan sumber daya alam bagi kehidupa manusia.  

3.    Lingkungan Buatan
Di samping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang bersifat alami, ada juga yang di sebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau di bangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan antara lain irigasi atau pengairan, bendungan, pertamanan, kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit listrik. Penggunaan lingkungan belajar dapat dilaksanakan dalam jam pelajaran  bidang studi di luar jam pelajaran dlam bentuk penugasan kepada siswa atau dalam waktu khusus yang sengaja disiapkan pada akhir semester atau pertengahan semester.[5]

D.  Mesjid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Secara harfiah, mesjid adalah “tempat untuk bersujud”. Namun, dalam arti termologi, mesjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti yang luas.
Pendidikan Islam tingkat pemula lebih baik dilakukan di mesjid sebagai lembaga pengembangan pendidikan keluarga, sementara itu dibutuhkan suatu lingkaran (lembaga) dan ditumbuhkannya. Dengan tesipta lingkaran tersebut, bukan berarti fungsi mesjid berhenti, tetapi tetap memberikan sahamnya dalam menciptakan dan menimbulkan lingkaran baru lagi.
Dewasa ini, fungsi mesjid mulai menyempit, tidak sebagaimana pada zaman Nabi SAW. Hal itu terjadi karena lembaga-lembaga sosial keagamaan semakin memadat, sehingga mesjid terkesan sebagai tempat ibadah shalat saja. Pada mulanya, mesjid merupakan sentral kebudayaan masyarakat Islam, pusat organisasi kemasyarakatan, pusat pendidikan, dan pusat pemukiman (community center), serta sebagai tempat ibadah dan I’tiqaf.

Implikasi mesjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah:
1.    Mendidikan anak untuk tetap beribadah kepada Allah SWT.
2.    Menanamkan rasa cinta kepadailmu pengetahuan dan memnanamkan solidaritas sosial, serta menyadarikan anak-anak dan kewajiban-kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial dan warga Negara.
3.    Memberikan rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi rohani manusia melalui pendidikan kesabaran, perenungan, optimism, dan mengadakan penelitian.
Fungsi mesjid bisa lebih efektif bila di dalamnya disediakan fasilitas-fasilitas terjadi proses belajar mengajar. Fasilitas yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1.    Perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagai disiplin keilmuan.
2.    Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum dan sesudah shalat berjamaah. Program inilah yang dikenal dengan istilah “I’tiqaf ilmiah”. Langkahlangkah praktis yang ditempuh dalam operasionalisasinya adalah memberikan perencanaan terlebih dahulu dengan menampilkan beberapa pokok persoalan yang akan dibahas. Setelah berkumpul para audien (makmum), diskusi dapat dimulai pada rungan yang telah disediakan. Kira-kira sepuluh sampai lima belas menit sebelum shalat jamaah, diskusi diberhentikan dan beralih pada “I’tiqaf profetik” (zikir). Sebaliknya, jika diskusi ini dilakukan sesuai shalat jamaah, i’tiqaf profetik didahulukan dan kemudian diganti dengan I’tiqaf ilmiah.
3.    Ruang kuliah, baik digunakan untuk training (tadrib) remaja mesjid, atau juga untuk Madrasah Diniyah. Kurikulum yang disampaikan khusus mengenai materi-materi keagamaan untuk membantu pendidikan formal, yang proporsi materi keagamaannya lebih minim dibandingkan dengan proporsi materi umum.
4.    Apabila memungkinkan, teknik hotbah dapat diubah dengan teknik komunikasi transaksi, yakni antara khatib dengan para audien, terjadi dialog aktif satu sama lain, sehingga situasi dalam khotbah menjadi semakin aktif dan monoton.[6]

E.  Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Hubunagan antara sekolah dengan masyarakat, paling tidak bisa dilihat dari dua segi, yaitu:
1.      Sekolah sebagai patner dari masyarakat didalam melakukan fungsi pendidikan
2.      Sekoalah sebagai produser yang melayani pesanan-pesanan pendidiakn dari masyarakat.
Dilihat dari sudut pandangan pertama, maka berikut ini diberikan dua gambaran hubungan funsional diantara keduanya. Pertama, fungsi pendidikan di sekolah, banyak dipengaruhi pula oleh corak pengalaman seseorang dilingkungan masyarakat. Kedua, fungsi pendidiakan disekolah, sedikit banyak akan dipengaruhi oleh sedikit yang banyaknya serta fungsional tidaknya pendaya penggunakan sumber-sumber belajar di masyarakat.
Dilihat dari sudut pandang kedua, yaitu hubungan sekolah sebagai prosedur di satu pihak dengan masyarakat sebagai pemesan atau consumer di pihak lain, berarti keduanya memiliki ikatan hubungan rasional berdasarkan kebutuhan di kedua belah pihak.

F.   Pendapat Tokoh Pendidikan
1.    Ki Hajar Dewantara (RM Soewandi Soerjaningrat)
Ki Hajar Dewantara (RM Soewandi Soerjaningrat) memfokuskan penyelenggaraan lembaga pendidikan dengan Tricentra yang merupakan tempat pergaulan anak didik dan sebagai pusat pendidikan yang amat penting baginya. Tri centra itu ialah :
a.    Alam keluarga yang membentuk lembaga pendidikan keluarga
b.    Alam perguruan yang membentuk lembaga pendidikan sekolah
c.    Alam pemuda yang membentuk lembaga pendidikan masyarakat
2.    Sidi Gazalba
Sementara menurut Sidi Gazalba, yang berkewajiban menyelenggarakan lembaga pendidikan adalah:
a.    Rumah tangga, yaitu pendidikan adalah pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanak-kanak sampai usia sekolah.
b.    Sekolah yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk sekolah sampai keluar dari sekolah tersebut.
c.    Kesatuan sosial, yaitu pendidikan tersier yang merupakan pendidikan yang terakhir tapi bersifat permanen.
3.    Plato
Plato (filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 M) mengatakan bahwa: “Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesemurnaan.”
4.    Aristoteles
Aristoteles (filosof terbesar Yunani, guru Iskandar Makedoni, yang dilahirkan pada tahun 384 SM-322 SM) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran”.
5.    Rousseau
Rousseau (filosof Prancis, 1712-1778 M) mengatakan bahwa : “Pendidikan ialah pembekalan diri kita dengan sesuatu yang belum ada pada kita sewaktu masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya di waktu dewasa”.
6.    Ibnu Muqaffa
Ibnu Muqaffa (salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H- 143 H, pengarang Kitab Kalilah dan Daminah) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani.”
Pendapat pribadi, saya setuju dengan pendapat para ahli karena memang benar lembaga pendidikan yang paling berperan utama dalam diri seorang anak adalah keluarga, karena keluarga itu member suatu karate jiwa, serta pemberian pendidikan akhlak, dan masih banyak lainnya. Lalu dilanjutkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya, baik itu sekolah maupun pendidikan sosial lainnya.


 A.  Pengertian Kepemimpinan dan Karakteristiknya
Dalam bahasa Indonesia, “Pemipin” berasal dari kata pemimpin. “Pemimpin” sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, Pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua dan sebagainya.
Definisi kepemimpinan secara luas yaitu proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerjasama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang diluar kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan  mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuat alat, sarana atau proses secara sukarela/sukacita. Ada beberapa faktor yang dpat menggerakkan orang yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas, dan bujukan.
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu:
1.    Kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut.
2.    Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa adanya daya.
3.    Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalu berbagai cara.
Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi “leader”, yang mempunyai tugas untuk me-Lead anggota disekitarnya. Sedangkan makna lead adalah:
a.    Loyalty, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas rekan kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
b.    Educate , seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan tacit knowledge pada rekan-rekannya.
c.    Advice, memberikan sasaran dan nasihat dari permasalahan yang ada.
d.   Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisipinan dalam setiap aktivitasnya.

Di dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang berarti wakil. Pemakaian kata khalifah setelah Rasulullah Saw wafat menyentuh juga maksud yang terkandung di dalam amir (yang jamaknya umara) atau penguasa. Oleh karena itu, kedua istilah ini dalam bahasa Indonesia disebut pemimpin. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Al- Baqarah ayat 30 yang berbunyi:
  
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.

Firman diatas sangat jelas tidak sekedar menunjuk pada para khalifah pengganti Rasulullah saw, tetapi adalah penciptaan Nabi Adam dan anak cucunya yang disebut manusia dan dibebani tugas untuk memakmurkan bumi. Tugas yang disandang nya itu menempatkan setiap manusia sebagai pemimpin, yang menyentuh dua hal penring dalam kehidupan dimuka bumi. Tugas pertama adalah menyeru dan menyuruh orang lain berbuat amar ma’ruf sedang tugas kedua adalah melarang atau menyuruh orang lain meninggalkan perbuatan munkar.
Tidak semua orang mampu menjadi pemimpin bagi orang lain dengan baik mengikuti landasan Islam yang sebenarnya. Dunia akan kacau jika semua manusia ingin menjadi pemimpin dan enggan manjadi orang yang dimpimpin, ataupun sebaliknya semua orang ingin menjadi yang di pimpin dan tidak seorangpun yang mau menjadi pemimpin. Oleh karena itu, Allah swr dengan sifat bijaksananya dalam masalah kepemimpinan telah menjadikan manusia dalam 3 kategori sesuai dengan kepribadian manusia tersebut, yaitu ada golongan manusia yang dijadikan seorang pemimpin, golongan lain sebagai orang-orang yang di pimpin, serta orang –orang yang digolongkan sebagai pengadu-domba yaitu mereka yang enggan menjadi pemimpin dan enggan dipimpin.
Kriteria pemimpin dalam Islam
1.    Menggunakan hukum Allah
2.    Tidak meminta jabatan, atau menginginkan jabatan tertentu
3.    Kuat dan amanah
4.    Profesional
5.    Menempatkan orang yang paling cocok.

Menjadi seorang pemimpin harus bisa menjadi panutan bagi semua orang, ada beberapa karakter seorang pemimpin, 10 karakter seorang pemimpin dan 10 karakter bukan pemimpin.
1.    Ketka pemimpin melakukan kesalahan dia berkata “saya salah! “Ketika bukan pemimpin melakukan kesalahan dia berkata, “ini bukan salh saya!”.
2.    Pemimpin berkata, “saya sudah baik, tapi saya bisa lebih baik lagi”, bukan pemimpin berkata, “saya tidak sejelek orang lain!”.
3.    Pemimpin mencoba belajar dari orang yang lebih baik dari pada dia. Bukan pemimpin selalu mencoba menjatuhkan orang lain.
4.    Pemimpin berkata, “mari saya kerjakan ini untuk Anda!” bukan pemimpin berkata., “itu bukan pekerjaan saya!”.
5.    Pemimpin berkata, “pasti ada cara lebih baik mengerjakannya!” bukan pemimpin berkata, “Begitulah biasanya dikerjakan disini!”.
6.    Pemimpin berkata, “ ini sulit tapi mungkin! “bukan pemimpin berkata, “ini mungkin tapi sangat sulit untuk mengerjakan!”.
7.    Pemimpin selalu mempunyai rencana. Bukan pemimpin selalu cari alasan.
8.    Pemimpin mempunyai komitmen-komitmen. Bukan pemimpin hanya selalu menjadi bagian dari masalah.
9.    Pemimpin selalu menjadi bagian dari jawaban. Bukan pemimpin selalu menjadi bagian dari masalah.
10.     Pemimpin tuntas memecahkan masalah. Bukan pemimpin selalu tanggung-tanggung dan tidak pernah memecahkan masalah.

Karakteristik pemimpin yang berhasil memiliki sifat dan keterampilan tertentu. Cirinya antara lain dapat beradaptasi dengan situasi, peka terhadap lingkungan sosial, ambisius serta berorientasi pada hasil, tegas, dapar bekerjasama, menyakinkan, mandiri, mampu mempengaruhi orang lain, energik, tekun, percaya diri, tahan stress, dan memikul tanggungjawab. Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki pemimpin antara lain cerdas, terampil secara konseptual, kreatif, diplomatis, dan taktis, lancar berbahasa, memiliki pengetahuan terhadap tugas kelompok, mampu mengorganisasi, mampu mempengaruhi dan menyakinkan dan memiliki keterampilan sosial.

B.  Permasalahan yang adalam Kepemimpinan Mahasiswa sebagai Iron Stock Penerun Bangsa

“Berikanlah aku sepuluh pemuda, maka aku akan mengguncangkan dunia” (Soekarno).

Mahasiswa yaitu orang-orang yang punya intelektualitas, memiliki jati diri sebagai tonggak bangsa, dan mahasiswa itu berbeda dengan siswa khususnya dalam hal pola pikir, mahasiswa itu harus mampu berfikir dewasa dan ilmiah serta mandiri. Banyak orang mengatakan bahwa mahasiswa sebagai pemimpin bangsa masa depan. Mahasiswa dituntut untuk menjadi Agen of Change atau agen perubahan. Maksudnya adalah mahasiswa dalah orang-orang yang terdepan untuk membawa perubahan kearah lebih baik bagi bangsa ini. Peran mahasiswa sangat berat selain untuk menuntut ilmu juga dituntut berperan aktif untuk memperbaiki negeri ini. Tapi apakah kebanyakan mahasiswa sekarang sudah menjalankan perannya sebagaimana mestinya? Coba kita lihat kondisi mahasiswa sekarang. Masih banyak dari mereka bergelut dalam hedonism (mementingkan kehidupan duniawi) seperti dugem, sex bebas, narkoba, tawuran, dan sebagainya. Bagaimana negeri ini bisa berubah jika generasi penerusnya sudah tidak peduli lagi. Oleh karena itu, marilah kita kembalikan hakikat mahasiswa itu sendiri sebagai generasi penggerak dan penerus bangsa. Jadikan diri kita sebagai generasi penggerak yang bermoral. Jangan sampai kita memiliki kompetensi yang bagus tapi tidak bermoral. Seperti yang terjadi di negeri ini, banyak orang-orang yang pintar tapi masih melakukan korupsi. Maka dari itu kita juga wajib punya akhlak dan moral yang baik pula.
Fenomena yang tampak selama ini tidak menunjukan perubahan signifikan. Mahasiswa saat ini tak lebih hanya status yang disandang seseorang yang menuntut ilmu diperguruan tinggi.
Jika mengulas sejarah, yang kita rasakan saat ini merupakan buah dari yang diperjuangkan oleh generasi penerus, terutama mahasiswa. Apakah mahasiswa pada masa tersebut sama dengan mahasiswa pada era ini? Sulit untuk mengatakan “ya”. Namun, tak mudah pula mengatakan “tidak”. Jadi jangan bangga mengaku sebagai mahasiswa jika belum memberikan sesuatu yang berguna bagi bangsa dan generasi berikutnya.
Mahasiswa sebagai calon pemimpin dan Pembina pada masa depan ditantang untuk memperlihatkan kemampuan untuk memerankan peranan itu. Jika gagal akan berdampak negatif pada masyarakat dipimpinnya, demikian pula sebaliknya.
Dalam perubahan sosial yang dahsyat saat ini, mahasiswa sering dihadapkan pada kenyataan yang membingungkan dan dilematis. Suatu pilihan yang teramat sulit harus ditentukan, apakah ia terjun dalam arus perubahan sekaligus mencoba mangarahkan dan mengendalikan arah perubahan itu, ataukah sekedar menjadi pengamat dan penonton dari perubahan atau mungkin justru menjadi korban objek sasaran dari perubahan yang dikendalikan oleh orang lain. Melihat realitas dan tantangan diatas, mahasiswa memiliki posisi yang sangat berat namun sangat strategis dan sangat menentukan. Bukan zamannya lagi untuk sekedar menjadi pelaku pasif atau menjadi penonton dari perubahan sosial yang sedang dan akan terjadi, tetapi harus mewarnai perubahan tersebut dengan warna masyarakat yang akan dituju dari perubahan tersebut adalah benar-benar masyarakat yang adil dan makmur.
Pada dasarnya ada tiga hal yang mencirikan apakah kita sudah layak dikatakan sebagai mahasiswa atau belum. Yang pertama adalah bahwa mahasiswa harus mempunyai agent of social control atau menyampai kebenaran, kejujuran dan integritas sangat diuji dalam hal ini. Memang pada dasarnya kebenaran itu hanya datang dari Tuhan yang Maha Kuasa. Namun kita sebagai manusia diberikan akal pikiran untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Itulah sebabnya mengapa mahasiswa butuh bersatu untuk mencapai kesepakatan dalam pencapaian misi menjadi agent of control.
Berikutnya yang kedua adalah mahasiswa dituntut untuk menjadi seorang agent perubahan. Perubahan yang dimaksudkan disini adalah pergerakan menuju yang lebih baik. Selain sebagai pengawal dan pengurus, kita juga dituntut untuk memberikan solusi atas timbulnya permasalahan. Untuk menjadi seorang agen perubahan tidaklah mudah. Harus ada langkah-langkah yang runtun juga tidak boleh ditinggalkan. Inilah tangtangan kita untuk mewujudkan makna dari mahasiswa sebenarnya.
Yang terakhir adalah mahasiswa sebagai iron stock atau generasi penerus. Tidak bisa dihindari bahwa kita sebagai mahasiswa mau tidak mau akan menjadi pengisi pondasi kekuasaan mendatang. Seiring berjalannya waktu kita akan terposisikan sebagai seorang yang harus mencetuskan keputusan, tidak lagi sebagai objek kekuasaan. Coba bayangkan bagaimana bila tiang kekuasaan dipegang oleh orang-orang yang berlabelkan mahasiswa asal jadi? Atau orang-orang yang tidak memiliki integritas, kejujuran dan budi pekerti? Tentunya kehancuran akan terus mendekat kepada kita. Agar tidak terjadi hal demikian, maka sudah sepatutnya kita menjadi seorang mahasiswa yang merangkap sebagai agent of control, agent of change dan iron stock.
Untuk memenuhi unsur-unsur diatas, seorang mahasiswa harus memiliki kekuatan softskil yang cukup. Diantaranya yang pertama adalah managemen waktu. Tidak terlepas dar keberhasilan seorang mahasiswa, bahwa manajemen waktu merupakan salah satu penentunya. Mereka yang berhasil mengatur waktu dengan baiklah yang memenangkan kompetensi menjadi mahasiswa sebenarnya. Yang kedua kemampuan dalam mengorganisir serta mengambil keputusan adalah tonggak menjadi seorang  yang teguh dalam hal leadership, yang ketiga adalah percaya diri dan akhlak yang baik. Hal ini juga cukup memiliki peran penting dalam pencapaian kesuksesan sebagai perwujudan seorang mahasiswa.
Jika ciri dan unsur diatas mampu kita jalani, maka masa depan bangsa ini kemakmuran dan kesejahteraan akan terlaksana di bawah pengendalian orang-orang yang memiliki integritas dan kejujuran.

C.  Bagaimana Membentuk Kepemimpinan, Indikator, Profesionalitas dan Visi yang Jelas

Sukses atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat tergantung dari kemampuan para anggota pemimpinnya untuk menggerakkan sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia sehingga penggunaanya berjalan dengan efesien, ekonomis dan efektif. Dengan demikian maka kepemimpinan (leadership) merupakan motor atau daya penggerak daripada sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia dalam suatu organisasi. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan inti daripada manajemen.
Untuk membentuk kepemimpinan secara efesien dan efektif, ada beberapa komponen yang harus dimiliki agar memenuhi syarat tersebut. Berikut ini adalah komponen yang harus dimiliki seorang pemimpin yang efektif dan efesien.
Knowledge / pengetahuan
Seorang pemimpin harus memiliki pengetahun yang baik tentang kepemimpinan dan ilmu tentang ruang lingkup kerja profesionalnya yang terdiri dari pengetahuan kognitif maupun skill/ keterampilan. Seorang pemimpin akan dihadapkan pada situasi tertentu dimana dia harus mengambil keputusan yang tepat dalam menyelesaikan masalah. Dasar untuk mengambil keputusan yang tepat adalah pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki.
Oleh karena itu,  untukmenjadi seorang pemimpin yang efektif mampu mengambil keputusan yang tepat dalam suatu situasi tertentu maka harus memiliki pengetahuan tentang:
a.    Leadership / kepemimpinan
Seorang pemimpin harus mengetahui konsep kebutuhan dasar manusia, teori, motivasi, teori bekerja dalam kelompok dan ilmu perilaku. Dengan pengetahuan tersebut maka ia akan lebih bisa memahami karakter anak buah/ bawahannya dan hal ini bisa membantu leader dalam menentukan tindakan apa yang harus dilakukan pada bawahan agar dapat mempengarui motivasi dan perilakunya agar dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan.
Seorang pemimpin juga harus mengetahui gaya-gaya kepemimpinan yang sesuai untuk situasi-situasi tertentu sehingga dpaat mengambil sikap yang tepat dalam situasi tertentu. Leader juga harus memiliki visi yang jelas dan harus mensosialisasikan dan mengkomunikasikan visi tersebut kepada bawahan sehingga bawahan bekerja bukan karena terpaksa tapi karena mereka juga menginginkan hal tersebut.
 
b.    Pengetahuan tentang lingkup profesi
Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang baik tentang lingkup kerja profesinya baik pengetahuan kognitif maupun skill atau keterampilan sehingga dia bisa menjadi role mode dan panutan bagi bawahan, dapat menambahkan dan memberikan energy positif pada bawahan dalam melaksanakan tugas.

c.    Critical thinking/ berfikir kritis
seorang pemimpin harus mempunyai berfikir kritis dalam hal pengambilan keputusan yang tepat untuk kepentingan klien maupun dalam memberikan arahan kepada bawahan. hasil dari berpikir kritis akan ditemkan metode baru yang lebih efektif sehingga bawahan bekerja bukan hanya sekedar melakukan hal yang telah menjadi rutinitas tapi bisa mencoba hal baru yang lebih positif.

Self Awareness / Kesadaran Diri
Pemimpin yang baik harus mengenali dirinya dengan baik, diawali dengan mengevaluasi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki sehingga kekurangan tersbeut dapat ditingkatkan.
Dengan kesadaran diri yang baik akan menyadari bahwa tak ada manusia yang sempurna, setiap manusia berhak untuk mengalami dan mengekspresikan rasa senang, sedih, kecewa, bahagia, cemas dan sebagainya. seorang pemimpin yang baik harus bisa mengenali tanda-tanda pada bawahannya dan selalu berusaha belajar cara menghadapi kondisi yang ada dengan cara yang baik.
kesadaran diri yang baik akan membangunkan rasa empati yang akan membentuk rasa kedekatan, kepercayaan dengan bawahan sehingga akan membangun suasana kerja yang harmonis, saling mengahargai dengan bawahan sehingga memudahkan dalam kerjasama dalam mencapai tujuan. seorang pemimpin yang baik tidak ragu untuk meminta evaluasi dari bawhaan tentang gaya kepemimpinannya dan begitu pula sebaliknya. masukan-masukan tersebut dijadikan motivasi untuk merubah diri kearah yang lebih baik.

Komunikasi
Komunikasi adalah jantungnya kepemimpinan. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik terhadap teman maupun bawahan karena komunikasi yang baik merupakan satu strategi dalam mempengaruhi orang lain.
Teknik komunikasi yang harus diantaranya:
a.    Mendengar aktif (Avtive Listening)
Pemimpin yang baik akan memahami bahwa mendengarkan bawahannya akan membuat mereka merasa dihargai dan merupakan sarana untuk mendpatkan feed back dari mereka. Mendengar aktif akan membuat bawahan dapat mengungkapkan perasaan sehingga kebutuhan psikologinya dapay terpenuhi dan sekaligus mengurangi rasa cemas yang dirasakannya.

b.    Menyusun arah /arus informasi
Pemimpin harus membentuk alur komunikasi yang efektif sehingga dapat menghindari terjadinya miskomunikasi yang baik antara leader dengan bawahan, bawahan dengan rekan kerja maupun dengan pasien. Oleh karena itu , pemimpin yang baik harus membangun suasana atau alur komunikasi yang biak pada saat bertemu maupun tidak bertatap muka.

c.    Asertif
Pemimpin yang baik harus mempunyai sifat asertif terhadap bawahan, leader harus menyediakan waktu untuk menerima masukan baik dari pasien maupun dari bawahan dan begitu pula sebalinya. Masukan disampaikan dengan cara yang membangun, jelas, konstruktif dan tidak menyakiti.
Seorang pemimpin yang tidak baik apabila menemukan kesalahan yang dilakukan oleh bawahan tidak mengeluarkan kata-kata yang membuat bawahan tersebut merasa sangat bersalah dan menyakiti hatinya. Feedback yang baik adalah memberikan kata yang bijak tanpa menyakiti diikuti dengan pemberian informasi tentang apa yang seharusnya dilakukan.

d.   Saling memberi umpan balik
Anggota tim atau bawahan membutuhkan evaluasi atau feedback seperti halnya pemimpin. Feedback berfungsi untuk meningkatkan seld awareness / kesadaran diri mencegah asumsi negatif terhadap perilaku seseorang dan untuk menjadi petunjuk dan motivasi dalam proses perubahan kearah yang lebih baik.

e.    Mengkomunikasikan Visi
Seorang pemimpin harus mempunyai visi yang jelas dan harus mengkombinasikan dengan baik kepada bawahannya. Kemampuan mengkomunikasikan visi dengan baik akan dapat membangun motivasi, kerjasama dan memberikan energy yang baik bagi bawahan dalam bekerja untuk mencapai tujuan. Visi yang jelas bukan karena keterpaksaan tapi karena mereka juga menginginkan hal itu.

Energi
Seorang pemimpin harus terus menerus terampil dengan energy yang baik dalam penampilan dan pekerjaanya. Untuk memiliki energy yang biak dan semangat yang baik maka seorang pemimpin harus memiliki rasa percaya diri dan memiliki hidup yang seimbang sehingga enersi dapat terus menerus terjaga.
Pemimpin yang selalu terlihat semangat dalam penampilan dan bekerja akan memotivasi bawahan untuk meningkatkan motivasi  dan produktivitas bawahannya. Energi yang dimiliki seorang pemimpin akan mempengaruhi respon bawahan terhadap dirinya maupun terhadp pekerjaan yang dilakukan.

Bagaimana membentuk Visi yang jelas?
Tugas utama seorang pemimpin adalah menggerakkan organisasi menuju sebuah tujuan di masa depan. Oleh karena itu kepemimpinan harus diawali dengan sebuah visi yang jelas. Tanpa visi seorang pemimpin bagaikan seorang kapten kapal yang tidak memiliki arah dan tujuan. Kapal yang dia bawa akan terombang-ambing oleh ombak dan gelombang. Oleh karena itu, sebagai pemimpin perlu memahami apakah visi itu serta bagaimana menggali dan mengimplementasikannya dalam bentuk nyata.
Visi sebaiknya sederhana mudah di cerna dan di mengerti, realistic, menarik, dan yang paling penting mampu dilaksanakan serta mampu memotivasi seluruh stake holder (semua pihak yang terlibat dengan organisasi).
 1.    Pengertian Kematangan dan Belajar
Menurut para ahli kematangan itu didefinisikan sebagai berikut:
1)        Kematangan adalah merupakan suatu keadaan atau tahap pencapaian proses pertumbuhan atau perkembangan.
2)        Kematangan dapat berarti matangnyan suatu sifat atau potensi fisik yang menjadi secara kodrat akibat proses pertumbuhan dan hanya tergantung pada waktu belaka.
3)        Kematangan juga dapat berarti matangnya suatu fungsi atau potensi mental psikologis akibat proses perkembangan karena pengalaman dan latihan.
4)        Kematangan potensi fisik dan mental psikologis itu merupakan suatu keadaan yang akan berfungsi sebagai prerequisite dalam proses perkembangan kearah pematangan fungsi atau potensi.
Dengan demikian, kematang yang dimaksud adalah kematangan potensi fisik danpotensi mental psikologis yang telah dicapai dalam sutau tahap pertumbuhan atau perkembangan.
Adapun pengertian belajar yang dimaksud dalam kaitan dengan proses perkembangan itu secara luas akan dibahas pada makalah ini. Tetapi secara ringkasnya pengertian belajar dapat dikemukakan dari penjelasan Elizabeth B. Horluck yaitu: “Learning is development that comes from exercise and effot; through learning children acquire competence in using their hereditary resources”. Jadi belajar ialah perubahan yang terjadi melalui latihan atau usaha dengan belajar itulah anak memiliki berbagai kemampuan, pengetahuan dan sebagainya. Atau dengan kata lain, semua aspek perkembangan yang diperoleh sianak itu terjadi karena belajar, tanpa belajar anak tidak mungkin tahu apa-apa dan tidak akan bisa apa-apa.

2.    Fungsi Kematangan Dan Belajar Dalam Perkembangan
Dalam proses pertumbuhan kearah tercapainya kemtangan/ kedewaaan fisik, kematangan merupakan faktor penyebab, yang berarti kedewasaan fisik seorang anak sangat tergantung pada waktunya matang saja ( Kalau umumnya sudah 17 tahun maka kematangan dari pertumbuhan fisik akan terjadi dengan sendirinya ).
Dalam kaitanya dengan proses perkembangan mental psikologis kematangan untuk fisik berfungsi sebagai perquisite untuk perkembangan, misalnya perkembangan bicara/ bahasa tidak mungkin terjadi dengan baik tanpa adanya/ didukung oleh pematangan alat bicara (Alat ini matang pada waktu banyi berumur 6 bulan ). Kematanagan otak pada umur 6/7 tahun merupakan perquisite untuk perkembangan intelektual/ pengetahuan akademik disekolah. Perkembangan psikoseksual dapat dimulai setelah anak matang seksualnya. Jadi dalam kaitanya dengan belajar, pematangan itu berfungsi sebagai pemberi “raw material” atau bahan dasar untuk belajar.
Adapun posisi belajar dalam proses perkembangan itu sangat menentukan. Dalam hal ini belajar akan berfungsi sebagai penentu atau sebab terjadibnya perkembangan ( cause of development ) . tanpa melalui belajar mental psikologis anak tidak mungkin akan dapat dikembangakan. Atau dengan kata lain tanpa belajar maka manudsia tidak akan dapat bertingkah laku seperti manusia. Dan perkembangan pribadi manusia itu merupakan hasil perpaduan unsure kematangan dan belajar.
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa kematangan itu sangat penting artinya dalam proses perkembangan. Tanpa adanya unsurkematangan tersebut perkembanan sulit untuk di wujudkan. Dalam proses perkembangan fungsi kematangan itu adalah sebagai berikut :
a.         Pemberi bahan mentah atau bahan baku bagi suatu perkembangan, misalnya kematangan otot dan urat kaki sebagai bahan untuk perkembangan berjalan
b.        Pembari batas dan kualitas perkembangan, semakin baik kualitas kematangan suatu fungsi akan makin baik kualitas hasil perkembangan yang akan terjadi, tetapi sebaliknya semakin kurang baik kematangannya akan makin kurang baik pula perkembangannya.
c.         Pemberi kemudahan bagi pendidik atau pengasuh apabila melatih atau membimbing/ mengajarinya.

3.    Ciri-ciri Adanya Kematangan
Mengetahui adanya tahap kematangan suatu sifat sangat penting artinya bagi seorang pendidik atau pengasuh, karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang sebaik-baiknya terahadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagim mereka.
Oleh karena itu kalau ingin mengajar atau melatih dengan berhasil, tunggulah saatnya yang tepat yaitu timbulnya kematangan yang bagi siterdidik merupakan masa peka atau masa yang tepat untuk dikembangkan/ dilatih.
Adanya ciri-ciri adanya kematangan tersebut pada diri si anak adalah di tandai dengan adanya :
a.       Perhatian si anak
b.      Lamanya perhatian berlangsung
c.       Kemajuan jika diajar atau dilatih.

4.    Perubahan-perubahan Dalam Otak Yang Menimbulkan Kematangan
Setelah otak menjadi masak mengalami prubahan fisik pada manusia. Perubahan ini dapat menimbulkan tingkah laku baru yang tidak terduga sebelumnya. Urat-urat syaraf dalam otak mempunyai “electrical condoktors”. Untuk pengiriman messages ketempat-tempat yang tetrap perlu ada isolasi otak, isolasi itu disebut “ myelin” selama dorong-dorngan saraf menuju salurannya, aru gerakkannya tak di batasi oleh myelin. Dorongsn itu akan mengalir mengaktifkan banyak sel saraf lebih dari yang diperlukan. Sel-sel saraf itu menggerakan banyak otot. Banyaknya gerakan bayi yang tak bekoordinasi adalah akibat dari kurangnya myelin.
Pada umur 6 tahun, myrlin dimiliki 95% dari orang dewasa. Readiness anak untuk berlatih toelit, bergantung pada banyaknya myelin  yangb telah tersimpan. Anak laki-laki baru berhasil dilatih tpelit bila sudah berumur mendekati umur 2 tahun. Ini berarti bahwa tingkah laku belajar memerlukan kematangan fisik, termasuk kematangan fungsi otak.
Perkembangan struktur dan fungsi otak tampak sempurna atau hampir sempurnab pada saat anak tiba saatnya amsuk sekolah dasar. Pada umur-umur setelah 6 tahun, terjaadilah perubahan-perubahanpenting dalan struktur oatak, namun perkembangan kapasitas mental lebih banyak diakibatkan karena pengalaman atau belajar. Perkembanagan prestasi akademik pada anak-anak sudah mencapai masa remaja lebih banayak dipengaruhi oleh faktor motifasi dan belajar.

5.    Kesiapan Belajar dan Aspek-Aspek Individu
Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan darim pengalaman yang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertallian dengan pengetahuan, pikiran, dan kualitas berfikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang baru. Kemapuan-kemampuan itu bergantung pada tingkat kematang intlektual. Latar belakang prngalaman, dan cara-cara pengetahuan sebelumnya distruktur (Connell, 1974 ).
Contoh kematangan intelektual antara lain adalah tingkat-tingkat perkembangan kognisi piaget yang telah diuraikan pada bagian psikologi perkembangan. Berkaitan dengan latar belakang pengalaman tersebut diatas, Ausebel mengatakan faktor yang paling penting mempengaruhi belajar adalah apa yang sudah diketahui oleh anak-anak. Sedangkan perihal menstrutur kembali pengetahuannya untuk penyesuaian dengan materi-materi baru yang diterima dari pendidik. Akan  tetapi pada kasus-kasus lain struktur kognisi itu dipegang erat-erat sehingga membuat pedidik mencari pendekatan lain agar anak-anak dapat menangkap materi pelajaran baru itu.
Bagai mana dengan kesiapan afeksi? Connell (1974) menulis bahwa sejumlah hasil penelitian mengatakan motivasi atau kesiapan sfrksi belajar dikelas bergantung kepada kekuatan motif atau kebutuhan berprestasi, orientasi motivasi itusendiri, dan faktor-faktor situasional yang mungkin dapat membangunkan motivasui. Ciri-ciri motivasi yang mendorong umtuk berprestasi adalah mengajar kompetensi, uaha mengaktualiasi diri, dan uaha berprestasi. Hal ini dikenal dengan istilah kebutuhan untuk ber[restasi, salah satu kebutuhan teori motivasi Mclelland.
Pendekatan yang lain yang dapat dilakukan dalam mengembangkan motivasi adalah dengan program intervensi selama anak duduk di TK dan kelas-kelas awal di SD. Intervensi ini bisa dalam bentuk:
1.      Memperbanayak ragam fasilitas di TK
2.      Memberi kesempatan kepada orang tua untuk menyaksikan interaksi yang efektif di TK dan SD. Pola interaksi ini adalah:
a.    Member kesempatan untuk mngembangakan ketrampilan.
b.    Membuat kegiatan-kegiatan berprestasi berhasil
c.    Menciptakan tujuan-tujuan yang menantang, tidak terlalu gampangatau terlalu sukar.
d.   Member keyakinan untuk sukses serta menghargai kemampuan-kemampuannya.
e.    Membuat setiap anak tertarik dan gemar belajar.
Sesudah mendapatkan informasi tentang kesiapan belajar, baik kesiapan kognisi Maupun kesiapan afeksi atau motivasi, kini tiba gilisannya untuk membahas aspek-aspek individu. Mengapa hal ini perlu dilakukan, mengingat yang belajar atau yang dikenal pendidikan adalah individu itu sendiri.
Dalam proses pendidikan peserta didik atau warga belajarlah yang harus memegang peranan utama. Sebab mereka adalah individu yang hidup dan mampu berkembang sendiri. Pendidikan harus memperlakukan dan melayani perkembangan mereka secara wajar.
Karena peserta didik atau warga belajar sebagai individu, maka  ada pula orang menyebutnya sebagai subjek didik. Disini terkandung makna bahwa mrek, erupaka subjek yang mempunyai pendirian sendiri, aspirasi sendiri, dan sebagainya. Mereka mampu melakukan kegiatan sendiri untuk mengembangkan dirinya masing-masing dengan  menggunakan perlengkapan-perlengkapan yang mereka miliki. Dengan demikian tidak dapat dibenarkan bila pendidik memandang mereka sebagai objek yang dapat diperlakukan semaunya oleh para pendidik.
Perlengkap peserta didik atau warga belajar sebagai subjek, dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu :
1.      Watak, ialah sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang hampir tidak dapat di ubah, misalnya watak pemarah, pendiam, menyendiri, suka berbicara,cinta kasih dan sebagainya.
2.      Kemampuan umum atau IQ, ialah kecerdasan yang bersifat umum.
3.      Kemamppuan khusus atau bakat ialah kemampuan tertentu yang dibawa sejak lahir. Kemampuan ini pada umumya memberi arah kepada cita-cita seseorang terutama bila bakatnya terlayani dalam pendidikan.
4.      Kepribadian, ialah penampilan seseorang secara umum, seperti sikap, besarnya motivasi, kuatnya kemauan, tabahnya mnghadapi rintangan, penghargaannya terhadap orang lain, kesopanannya, toleransinya, dan sebagainya.
5.      Latar belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutama lingkungn keluarga. Lingkungan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkmbangan jiwa bayi dan kanak-kanak.

 A.  Status Wanita dalam Kurun Waktu
Pada tahap paling awal, secara moral wanita di pandang rendah dan tidak mempunyai hak yang dapat di jamin oleh hukum. Berdasarkan metologi Yunani, seorang wanita dalam dongengan yang bernama Pandora, merupakan sumber dari ketidak beruntungan dan sumber penyakit. Seperti hal siti Hawa dalam mitiologi Yunani, dianggap Siti Hawa yang sangat mempengaruhi konsep Yahudi dan Kristen mengenai wanita yang mempengaruhi terhadap 
hukum yang mereka ciptakan, kebiasaan social, dan moral sebagaimana sikap hidup mereka secara umum.
Hukum wanita terap terjadi ran padi dalam rumah tangganya, di batasi dengan empat dinding dan di kurung didalam rumah. Kejadian menjadi suatu yang berharga. Kaum wanita pada kalangan bangsawan memperhatian kerudung, kamar-kamar wanita dipisahkan dari kamar lelaki, sedangkan wanita kalangan jelata tidak pernah duduk berdampingan, apalagi didepan public.
1.      Pimpinan pergerakan yag tampil didalam pemerintahan Persia ini ialah Quba (488-531).
2.      Aritogiton untuk membunuh seorang tiran bernama Hippias dan saudara laki-lakinya.
B.  Pemerintah Di Bawah Pengaruh Gereja
a.       Beberapa contoh di bawah ni merupakan perintah tegas di bawah pengasuh gereja kridten yang memaksa masyarakat barat.
1)      Secara ekonomis kehidupan wanita dihancurkan dan sepenuhnya tergantung kepada kaum lelaki. Wanita mendapatkan sedikit wanjan dan tidak mempuyai wewenang untuk mengontrol miliknya, serta sepenunya berada pada penguasaan suaminya.
2)      Perceraian dan khul’a sepenuhnya dilarang oleh kaum lelaki dan itri untuk tetap bersama, baik secara agama maupun secara hukum. Aturan ini dengan jelas terlihat lebih buruk. Setelah mereka berpisah tidak ada pilihan lain lagi bagi mereka kewali menjadi rahib dan birawati atau memilih hidup begelimang dalam lautan dosa.
3)      Bagi pasangan suami istri, jika salah satu menikah lagi setelah pasangan meninggal dunia, ini dianggap sebagai suatu yang birik disbanding sekedar melakukan dosa.
C.  Tiga Doktrin dalam Masyarakat Barat
Secara garis besar, oktrin yang terhadap pada masyarakat barat terbagi dalam tiga kelompok sebagai berikut:
1)      Perasaan antara pria dan wanta
2)      Kebebasan wanita dalam bidang ekonomi
3)      Kebebasan bercampur antara lelaki dan wanita.
Sebagai akibat dari adanya perkembangan social ini, maka lahir beberapa konsekuensi bagi masyarkat Eropa, diantaranya:
1)      Kesamaan antara laki-laki dan wanita, tidak berarti bahwa antara laki-laki dan wanita itu sama secara moral, tetapi kaum wanita diberi kebebasan bekarja sesuai dengan pekerjaan yang biasa dilakukan kaum laki-laki.
Konsep moral mengenai ,kesamaan sex yang salah ini menjelma menjadi bersamaan sex yang tak bermoral. Kebususkan dan kegiatan dosa yang membuat malu laki-laki, sekarang bukan lagi suatu hal yang memalukan, sekalipun, dilakukan kaum wanita.
2)      Ketidak terikatan dunia eekonomi bagi kaum wnita, membuat wanita menjasi tidak terikat lagi oleh kaun laki-laki pepatah yang mengatakan “para lelaki ada diluar rumah dan kaum waita menunggu rumah”. Tetapi kehidupan rumah tangga yang didasarkan atas cinta yang emosional dan hanya berdasarkan sex. Ternyata banyak berkhir dengan perceraian atau perpisahan.
3)      Kebiasaan sexual telah menimbulkan kecenderungan memamerkan aurotnya serta kemurtadan sexual. Atraksi sexual yang secara alami memang terdapat pada dua kelamin yang berlainan, yang sekaligus merupakan dorongan naluriah, menjadi begitu bergelora bahkan cenderung membrontak untuk melanggar berbagai batasan.
Di sisi lain kaum laki-laki tumbuh menjadi semakin rakus akan nafsu sexual karena api asmaranya dikobarkan secara terus menerus dengan maningkatnya penjajaan badani kaum wanita.
Penyakit moral ini dengan cepat memasuki dataran paling vital dalam kehidupan bangsa barat. Padahal tak ada satu bangsa pada masa lampau mampu bertahan menghadapi penyakit moral ini. Sebab penyakit ini akan menhancurkan seluruh kemampuan fisik dan mental yang merupakan karunia Tuhan untuk kebaikan dan kemakmuran.
D.  Hukum Tuhan Bagi Kegiatan Wanita
Setelah menetapkan batasan-batasan bagi satar dan cara berpakaian akhirnya ketentuan-ketentuan untuk akum wanita adalah sebagai berikut:
1)      Q.S. 33 : 33 Artinya:
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

2)      Q.S. 24 : 31 Artinya:
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

3)      Q.S. 33 : 32 Artinya:
 Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik
Beberapa tafsiran yang harus ditentukan mengenai kata “Qur’an” pertama, mengutip ayat ini ada 2 perbedaan pendapat seperti berikut ini:
1)   “Diam di rumah atau tetap ringgal di rumahnya”
2)   “tinggal di rumah dengan segala perdamaian dan kemulian
Tabarruj “mempunyai dua pengertian:
1)   “Memamerkan perhiasan atau memperlihatkan dan menontonkan kecantikannya, dan
2)   “ kebiasaan berjalan dengan genit didalam memamerkan perhiasan dan kecantikannya”
Kedua  ayat tercantum diatas dapat diartikan didalam kehidupan sebelum datangnya islam, yaitu pada zaman zahiliyah kaum wanita menggunakan dan mengenakan perhiasannya diluar batas.
Qatadah, salah seorang tabi’in mengomentari ayat Al-qur’an tersebut sebagai berikut:
“Mereka dengan gaya genit berjalan sambil mengerlingkan matanya. Oleh karena itu Allah melarang mereka berjalan dengan gaya genit yang dijadikan kebiasaan mereka”.

Categories

Popular Posts

SAHABAT BLOGGER

Ordered List