Thursday, 22 November 2012


Dimaksudkan dengan metode takhalluq ini ialah bagaimana seharusnya seorang mukmin yang sudah bersih jiwanya dan kuat tahaqquqnya, bersikap atau berperilaku sosial dalam kehidupannya sehari-hari, yang oleh Frager disebut sebagai Transformasi (hati, diri, jiwa) kepada perilaku luhur, seimbang dan harmonis. Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari perwujudan atau nilai praksis dari metode yang keempat pada tahap tahaqquq yakn al-mahabah.
Nabi Muhammad saaw adalah sosok manusia yang paling tinggi tingkat kecerdasannya. Wujud kecerdasan intelektual-intuitif Nabi seperti kemampuannya alam menerima dan menghafal wahyu dari Allah Saw melalui malaikat Jibril. Wujud emosionalnya adalah beliau tidak gammpang marah meskipun di hina beliau tetap santun kepada orang yang menghinanya. Wujud kecerdasan moral Nabi seperti pada saat beliau berhijrah ke Thaif, beliau tidak disambut dengan baik bahkan dilempari dengan batu sampai-sampai kaki belaiu berdarah. Sementara kecerdasan beragama adalah meskipun beliau telah mencapai puncak spiritual ilahiah melalui bermuwajahah dengan Allah di Sidrat al-Muntaha, namun beliau mau kembali dan berdakwah kepada umatnya. Secara umum (teoritis) bahwa pada diri Nabi Muhammad saw itu terdapat akhlak yang paling mulia. Dan akhlak yang paling mulia itu adalah al-Qur’an (semua ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an).
Cara praktis yang dapat dilakukan untuk memperoleh akhlak kenabian ini ialah dengan cara membaca, mendengarkan dan menghayati sirah nabawiyah. Kemudian menguatkan hati untuk transformasi diri dan mengaplikasikannya dalam perilaku sosial.
Sampai disini jelaslah sudah bangun SQ dalam persepektif al-Ghazali. Berangkat dari bawah yakni dari hati (jiwa) yang bersih dan sehat, akal rasional dan hati terlalu terpadu, liarnya nafsu telah apat ditundukan dibawah kendali hati yang bersih itu, melalui proses peningkatan EQ (tazkiyah al-nafs) kemudian hati (jiwa) yang bersih tersebut diisi dengan nilai-nilai spiritual, diteguhkan dan terjadilah penajaman pandangan batin sehingga mampu menembus alam hakikat dari segala peristiwa maujudat (alam empirik).
Contoh perjalanan kehidupan spiritual yang paling cerdas adalah diri pribadi Nabi Muhammad saw. Dengan demikian konsep SQ al-Ghazali bukanlah hanya semata bagaimana menata hubungan pribadi dengan Tuhan, tetapi juga bagaiamana mengaplikasikan nilai-nilai ketuhanan itu kedalam kehidupan nyata dalam hubungan interpribadi, antara pribadi, dan hubungan dengan alam (kosmos). Upaya untuk mencapainya pribadi tersebut adalah: didasari oleh iman kepada Allah dan ketaan dalam beragama, kesungguhan dalam melakukan riyadhah (pembersihan jiwa), kemudian dilanjutkan dengan tahaqquq (pengisian, peneguhan dan penajaman sampai realisasi), dan diakhiri dengan takhalluq (perwujudan akhlak kenabian kedalam jiwa dan perilakuknya) sebagabi contoh (model) jalan hidup untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat. 

0 komentar:

Post a Comment

Categories

Popular Posts

SAHABAT BLOGGER

Ordered List