a. Pengertian
Pertumbuhan adalah kata yang luas artinya, yang meliputi pendewasaan, belajar dan perkembangan. Pendewasaan adalah suatu kata yang menyatakan proses dan tingkatan atau kulminasi atau phase pertumbuhan. Misalnya pada sel-sel benih dan pada alat-alat kelamin ada juga tingkat pendewasaan. Perkataan pendidikan pun memiliki arti yang bercabang dua ini perkataan ini meliputi proses dididik yang dijalani dan hasil atau tingkatan terakhir yang dicapai setelah dididik.
Pertumbuhan adalah percobaan yang progresif, terus menerus. Satu aspek dari perubahan ini timbul dalam susunan jasmani dan fungsi-fungsi fisiologi (pendewasaan). Aspek yang lain timbul dalam penguasaan cara-cara bertingkahlaku yang baru (belajar). Kedua aspek pertumbuhan ini meliputi"pengorakan" dan perluasan fungsi-fungsi secara terperinci (perkembangan). Jadi kalau kita sebutkan pertumbuhan jasmani atau fisik dan pertumbuhan rohani atau psikis bukanlah maksud kita untuk menyebutkan dua pertumbuhan yang terpisah-pisah dengan perkataan-perkataan ini kita semata-mata bermaksud menyebutkan aspek-aspek terpenting dari pertumbuhan individu sebagai suatu keseluruhan. Perubahan-perubahan anatomis yang mana saja yang terjadi atau timbul bila suatu usaha belajar dilakukan tidaklah diketahui, meskipun telah terdapat berbagai teori tentang ini.
Untuk maksud-maksud kita sekarang dapatlah pertumbuhan fisik kita artikan sebagai perubahan dalam susunan organisme, terutama perubahan yang bersifat kenaikan atau pertambahan ukuran-ukuran. Perubahan-perubahan semacam ini memungkinkan timbulnya apa yang oleh Morisson disebut sambutan-sambutan penyesuaian, tetapi bukan sambutan-sambutan penyesuaian yang terjadi dalam kepribadian, yang dikenal sebagai pendidikan.[1]
Adapun menurut Bpk. Drs. Syaiful Bahri Djamarah, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan "kuantitatif" yang mengangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tumbuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Hasil pertumbuhn antara lain berwujud bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak, seperti tinggi, berat, dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup perubahan yang makin sempurna tentang sistem jaringan saraf dan perubahan-perubahan struktur jaringan lainnya. Dengan demikian pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.
Pertumbuhan tidak berpsoses secara bebas, tetapi dipengaruhi oleh aspek-aspek lain. Pertumbuhan yang menyangkut perubahan sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek tertentu yang saling berhubungan.[2]
Dari defini di atas dapatlah kita simpulkan bahwa pertumbuhan ialah suatu realita yang timbul karena kematangan fisik dan membentuk suatu perubahan-perubahan ukuran fisik yang terjadi dalam jangka waktu yang tertentu.
b. Peristiwa Pertumbuhan Pribadi Manusia
Peristiwa pertumbuhan pribadi manusia bertolak dari peristiwa awal herediter. Manusia terbentuk dari material yang lemah. Material yang dimaksudkan adalah material genetis. Pertumbuhan genetis manusia tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan genetis pada hewan, karena keduanya merupakan organisme. Setiap organisme tumbuh dari keadaan sederhana dengan satu sel tunggal menjadi banyak sel dan membentuk organisme yang bersusunan sangat kompleks. Pertumbuhan pada masing-masing individu dalam segi proses terdapat hal umum yang sama, tetapi dalam hal-hal khusus belum tentu sama.
Manusia secara genetis mula-mula terjadi dari satu sperma dan satu telur. Satu sperma memasuki sebuah telur dan satu individu baru mulai membentuk diri. Kehidupan awal daripada individu sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu, yaitu wanita yang mengandungnya. Sedangkan peranan ayah dalam menumbuhkan individu baru hanyalah memberikan kemungkinan yang tepat agar individu itu terkonsep. Apapun yang akan diturunkan oleh seorang ayah kepada anaknya adalah berupa sifat-sifat yang terkandung di dalam satu sperma yang terbuahkan.[3]
Sampai lahirlah ke dunia dengan keadaan tubuh yang masih lemah, masih sangat rawan untuk melalukan suatu kegiatan yang besar. Keadaan ini terjadi berangsur-angsur, hingga anak tersebut tumbuh menjadi satu orang yang sangat berbeda ketika ia baru dilahirkan. Ia tumbuh dari segi fisik, baik panjang, lebar, maupun beratnya semakin berubah dari kurun waktu kepada kurun waktu yang selanjutnya. Yang jelas perubahan ini berdampak pada keadaan fisik yang berupa kuantitatif.
Menurut Sutterly Donnely (1973) terhadap 10 prinsip darar pertumbuhan.
1. Pertumbuhan adalah kompleks, semua aspek-aspeknya berhubungan sangat erat.
2. Pertumbuhan mencakup hal-hal kuantitatif dan kualitatif.
3. Pertumbuhan adalah proses yang berkesinambungan dan terjadi secara teratur.
4. Pada pertumbuhan dan perkembangan terdapat keteraturan arah.
5. Tempo pertumbuhan anak tidak sama.
6. Aspek-aspek berbeda dari pertumbuhan, berkembang pada waktu dan kecepatan berbeda.
7. Kecepatan dan pola pertumbuhan dapat dimodifikasikan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
8. Pada pertumbuhan dan perkembangan terdapat masa-masa krisis.
9. Pada suatu organisme akan kecendrungan untuk mencapai potensi perkembangan yang maksimum.
10. Setiap individu tumbuh dengan caranya sendiri yang unik.[4]
Tumbuh adalah berbeda dengan berkembang. Pribadi yang bertumbuh mengandung arti yang berbeda dengan pribadi berkembang. Oleh karena itu, dibedakan antara pertumbuhan dan perkembangan.
2. PERKEMBANGAN
a. Pengertian
Perkembangan adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa. Meskipun semua ahli sependapat bahwa itulah yang dimaksud dengan perkembangan. Namun, mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki. Dalam hal ini pendapat mereka dapat dikelompokan kepada tiga golongan, yaitu:
1. Konsepsi Asosiasi dan Neo-asosiasi
Menurut konsepsi ini, bahwa pada hakikatnya perkembangan itu tiada lain dapipada suatu proses asosiasi. Dalam proses asosiasi ini, hal yang primer (pertama, penting) adalah bagian-bagian, sedangkan keseluruhn merupakan hal yang sekunderg. Bagian-bagian ada dan terbentuk lebih dahulu, dan dari bagian-bagian itulah terbentuknya keseluruhan. Bagian-bagian itu terikat satu sama lainnya.
Sebagai contoh: pengertian tentang. Terbentuknya pengertian lonceng pada anak,mungkin dapat diterangkan sebagai berikut: pertama anak mendengar bunyi lonceng (ia mendapatkan kesan pendengaran), kemudian anak melihat lonceng tersebut (ia mendapatkan kesan penglihatan), dan selanjutnya anak mungkin saja meraba lonceng tadi (mendapat kesan rabaan). Asosiasi dari kesan-kesan inilah terbentuknya perkembangan pengertian anak.
John Locke salah seorang tokoh konsepsi ini dengan teorinya yang terkenal "tabularasa", dimana pada permulaan sekali jiwa pada anak itu adalah bersih laksana selembar kertas putih, kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman-pengalaman sehari-hari. Pengalaman-pengalaman itu membentuk tingkah laku anak. Menurutnya pengalaman itu ada dua macam, yaitu:
1. Pengalaman luar yang diperoleh melalui panca indra
2. Pengalaman dalam yaitu pengalaman mengenai keadaan dan kegiatan batin yang kemudian menimbulkan refleks.
2. Konsepsi Gestalt dan Neo-Gestalt
Konsepsi ini kebalikan dari konsepsi Asosiati di atas. Menurut mereka, perkembangan itu ialah proses differensiasi. Dalam proses differensiasi itu, yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian menduduki tempat yang sekunder. Keseluruhan ada terlebih dahulu, baru kemudian menyusul bagin-bagian.
Salah satu bentuk variasi dari konsepsi ini ialah Neo-Gestalt yang dikemukakan oleh Kurt Lewin dengan teorinya "stratifikasi". Ia menggambarkan struktur pribadi manusia sebagian terdiri dari lapisan-lapisan (strata), makin dewasa seseorang makin bertambah lapisan itu. Pada anak kecil kehidupan psikologisnya mula-mula hanya terdiri dari satu lapisan saja. Tidak ada hal yang disembunyikannya, apa yang dinyatakan keluar, itulah isi kehidupan batinnya.
3. Konsepsi Sosiologisme
Menurut konsepsi ini, perkembangan kejiwaan seorang anak tidak lain daripada proses sosialisasi. Anak manusia mula-mula a-sosial (belum mengenal norma-norma sosial), yang dalam perkembangannya sedikit demi sedikit berubah ke arah sosial.[5]
Dalam perkembangan manusia terdapat hukum-hukum yang diperoleh melalui penelitian, kasjian teori dan praktek. Carol Gestwicki (1995) mengemukakan bahwa:
1. Dalam perkembangan terapat urutan yang dapat diramalkan.
2. Perkembangan pada susatu tahap merupakan landasan bagi perkembangan berikutnya.
3. Dalam perkembangan terdapat waktu-waktu yang optimal.
4. Perkembangan itu maju berkelanjutan dan semua aspek-aspeknya merupakan kesatuan yang saling memengaruhi.
5. Setiap individu berkembang sesuai dengan waktunya masing-masing.
6. Perkembangan berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang umum kepada yang khusus.[6]
3. PERBEDAAN DAN HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Telah sama-sama kita ketahui bahwa tumbuh berarti bertambah dalam ukuran. Tumbuh dapat berarti bahwa sel tubuh bertambah banyak atau sel tumbuh dalam ukuran. Mengukur pertumbuhan biasanya dilakukan dengan menimbang dan mengukur tubuh anak. Relatif, melaksanakan pengukuran ini relatif lebih mudah dibandingkan mengukur perkembangan sosial atau perkembangan kepribadian seseorang.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh jumlah dan macam makanan yang dikonsumsi tubuh. Hubungan antara makanan yang dikonsumsi tubuh dan pertumbuhan badan menjadi perhatian para ahli gizi. Namun kenyataannya pertumbuhan tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi saja tetapi juga proses sosial.
Dengan perkataan lain, pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan saja, tetapi juga sejauh mana makanan tersebut dapat diasimilasi dan dipergunakan tubuh. Baik tidaknya makanan tersebut dapat diserap tubuh tergantung pula oleh taraf kesehatan anak. Anak yang sedang diare, tentu badan tidak akan tumbuh menyerap makanan dengan baik. Pertumbuhan anak juga dipengaruhi perkembangan sosial, psikologis, dan oleh kualitas hubungan anak dengan pengasuh yang bebas dari stres.
Perkembangan anak tidak sama dengan pertumbuhannya. Keduanya (pertumbuhan dan perkembangan) memang benar saling berkaitan dan dalam penggunaan kedua pengertian tersebut seringkali dikacaukan satu sama lain. Bila pertumbuhan menjelaskan perubahan dalam ukuran, sedangkan perkembangan adalah perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya.
Seorang anak sudah dapat melihat sejak lahir. Seorang anak sudah dapat berkomunikasi sejak lahir dengan menangis, ekspresi muka dan gerakan-gerakan. Oleh karena itu, sejak lahir sebaiknya para orang tua diberi keterampilan untuk mengembangkan perkembangan anak, dengan membantu orang tua agar lebih tanggap dan melakukan komunikasi dengan anak.
Apabila anak berinteraksi dengan lingkungan berarti sekaligus anak dipengaruhi dan memengaruhi lingkungan. Dengan demikin hubungan anak dengan lingkungan, bersifat timbal balik, baik yang bersifat perkembangan psikologis maupun pertumbuhan dan perkembangan fisik.
Perkembangan kognitif dan sosial dipengaruhi oleh pertumbuhan sel otak dan perkembangan hubungan antar sel otak. Kondisi kesehatan dan gizi anak walaupun masih dalam kandungan ibu akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Walaupun semua anak memiliki kebutuhan dasar tertentu, secara individual masing-masing anak memiliki kebutuhan yang sifatnya pribadi. Juga dikatakan bahwa semua anak berkembang, tetapi beberapa anak berkembang lebih cepat sedang yang lain lebih lambat.[7]
4. USAHA-USAHA AGAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TIDAK MENJADI PENGHALANG DALAM PROSES BELAJAR
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan itu memiliki perbedaan. Singkatnya pertumbuhan berpijak pada ukuran kuantitas seseorang, sedangkan perkembangan berpijak pada ukuran kualitas seseorang. Keduanya, baik pertumbuhan ataupun perkembangan ini akan sangat berpengaruh dalam proses belajar. Pengaruh ini tidak akan bisa dihilangkan, karena bagaimanapun pertumbuhan dan perkembangan ini adalah bagian dari hidup yang setiap saat akan berpengaruh. Namun, ada yang pengaruhnya baik, ada juga yang mempunyai pengaruh yang tidak baik dalam proses belajar (menjadi penghalang dalam proses belajar). Di dalam pembahasan ini akan dipaparkan bagaimana usaha-usaha untuk mengatasi pengaruh negatif daripada pertumbuhan dan perkembangan terhadap proses belajar tersebut.
1. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik berujung pada berubahnya ukuran fisik, seperti tubuh semakin besar, semakin panjang, semakin tinggi, semakin berotot, dan lain sebagainya. Jika pertumbuhan ini dianggap anak sebagai suatu perubahan yang diperolehnya dalam hasil belajar, maka ini akan menjadi penghambat dalam proses belajar. Atau bisa juga karena pertumbuhannya cukup cepat, anak berpikiran bahwa ia tidak perlu lagi belajar. Ia berpikiran bahwa inilah hasil dari apa yang ia lakukan.
a. Telungkup
Telungkup merupakan proses awal yang harus dilalui bayi ketika rata-rata berusia enam bulan sampai sembilan bulan. Seandainya bayi usia sembilan bulan belum bisa telungkup, hendaknya sebagai orang tua lebih waspada terhadap pertumbuhan fisik bayinya. Karena pertumbuhan fisik itu juga akan berpengaruh pada perkembangan mental.
b. Duduk
Duduk merupakan tahap kedua yang harus dilalui bayi untuk melangkah pada proses pendidikan berikutnya. Pada dasarnya setiap bayi mempunyai kemampuan untuk duduk, namun hendaknya orang tua lebih mendidik guna memotivasi bayi untuk mengikuti pertumbuhan bayinya. Karena tanpa bantuan orang tua bayi akan lama duduk secara alami, dikarenakan bayi belum matang dalam mengoordinasi dengan jaringan saraf tertentu dan pertumbuhan tulang serta otot.
c. Merangkak dan Merayap
Merangkak dan merayap adalah proses ketiga untuk bisa berjalan. Merangkak dan merayap yang dilakukan bayi sangat bervariasi, semua tergantung berbagai faktor yang melingkupi kondisi bayi tersebut. Terdapat perbedaan individual antara masa bayi ketika mulai merangkak dan merayap, semua anak yang diperbolehkan bergerak ditanah cenderung mengikuti urutan yang sama.
d. Berdiri dan Berjalan
Biasanya kemampuan anak untuk berjalan dibangun oleh semua pencapaian hasil sebelumnya. Rata-rata anak berdiri sendiri pada usia sebelas bulan, berjalan dengan dituntun satu tangan pada usia satu tahun, dan dapat berjalan sendiri walaupun dengan kesulitan pada sekitar tiga belas bulan.[8]
Anak dapat telungkup, duduk, merangkak atau merayap, dan berdiri atau berjalan, itu semua dipengaruhi oleh pertumbuhan fisik pada anak tersebut. Lalu bagaimanan agar pertumbuhan tersebut tidak menjadi penghalang untuk proses belajar anak, antara lain:
· Harus adanya kesediaan orang tua untuk selalu mengawasi anak
· Berikan anak masukan-masukan pendidikan dimasa pertumbuhannya
· Berikan motivasi agar anak selalu bersemangat dalam belajar meskipun dalam masa pertumbuhannya.
· Buatlah masa pertumbuhan tersebut sebagai proses dari belajar.
2. Perkembangan Psikis
a. Pengamatan dan Tanggapan
Pengamatan anak kecil masih bersifat primitive dan merupakan complex-kwaliteit, maksudnya pengamatan dan hasilnya bersifat dan berwujud satu keseluruhan yang berarti. Di dalamnya bersatu berbagai macam faktor, yang biasanya ada sangkut pautnya dengan hubungan berbahasa antara apa yang dihayati dan telah dialami oleh si kecil itu sendiri. Sang anak mengamati, mengambil kesan hanya apa-apa yang penting saja baginya. (A. Hamzah Nasution dan Oejeng S, 1969: 113).
Dalam proses mengamati dan memberi tanggapan tentang sesuatu obyek ia belum bisa membedakan hubungan waktu dan tempat, dia anggap sama saja.
b. Perasaan
Yang sangat menonjol dan mengundang banyak perhatian ahli adalah timbulnya perasaan "aku"nya. Anak ingin menunjukan dirinya sebagai subyek yang berdiri sendiri, dia ingin supaya diperhatikan dan dikasih sayangi oleh orang tua. Oleh karena itu, ia banyak berbuat, mencoba, dan mengetahui sesuatu yang dalam prosesnya sering menemui kesalahan-kesalahan karena kemampuannya masih kurang.
c. Moral
Bayi dan anak kecil belum memiliki moral, ia belum mengerti tentang nilai-nilai moral yang harus diperbuatnya dan dipatuhinya, seperti norma-norma benar atau salah. Berangsuq-angsur anak mulai mengetahui apa-apa yang diperbolehkan dan apa-apa yang dilarang. Segala apa yang diperbolehkan dan disuruh oleh orang tua dianggapnya benar, dan apa-apa yang dilarang dianggap salah. Oleh karena itu, tepatlah kiranya bahwa pada masa ini sebagai masa peletakkan dasar-dasar dari sikap-sikap moralitas yang akan berkembang dalam masa-masa berikutnya.
d. Bahasa Anak Kecil
1) Stadium Nama (umur 1,6-2,0 tahun)
Anak sadar bahwa semua benda itu mempunyai nama, maka anak merasa selalu haus akan nama-nama benda. Segala apa saja yang dilihatnya, ia tanyakan apa namanya. Sehingga ada juga orang yang menyebutnya masa ini dengan masa bertanya: apa ini, apa itu, dan sebagainya.
2) Stadium Kalimat Tunggal (2,0-2,6 tahun)
Kesadaran anak tentang bahasa menjadi semakin baik. Anak telah dapat menyusun kalimat tunggal, tetapi sering berbentuk kalimat bertanya. Yang banyak ditanyakan anak ialah: nama benda, tempat dan asal-usul sesuatu (apa, dimana, dari mana atau ke mana).c. Stadium Anak Kalimat (2,6 tahun ke atas)
Anak mulai menggunakan kalimat majemuk untuk menyatakan buah pikirannya. Ia mulai dapat membedakan mana yang penting, mana yang pokok kalimat dan mana bagian yang menerangkan pokok tersebut.
e. Sosial
Pada masa anak kecil ini baru dapat dikatakan bahwa rasa sosial anak sudah betul-betul berkembang, karena anak pada masa ini tidak hanya bersifat menerima saja (seperti halnya dalam masa bayi), tetapi juga memberi (take and give) secara lebih aktif.
Tingkah laku sosial yang menonjol pada masa ini adalah:
a. Membentuk masyarakat
b. Mengakui adanya hak milik
c. Patuh terhadap aturan
d. Mencari hubungan keluar rumah
f. Rasa keagamaan
Beberapa tokoh berpendapat bahwa perasaan keagamaan sudah mulai timbul pada masa anak kecil, ia mulai bertanya-tanya tentang Tuhan.
H. M. Arifin mengutip berbagai pendapat tokoh dari Barat tentang hal ini, sebagai berikut:
1) Prof. R. Cassimir: bahwa permulaan timbulnya hidup keagamaan dalam pribadi anak bersamaan dengan timbulnya rasa "aku"nya (umur 3 tahun), dan pada saat itu harus dikenalkan kata-kata tentang Tuhan kepadanya.
2) Dorothy Wilson: bahwa anak-anak dalam umur 3,0 tahun (tahun ketiga) telah mempunyai kesadaran tentang ketuhanan, meskipun bentuk kesadarannya masih sederhana.
Untuk hal seperti ini, maka peranan orang tua dalam menghadapi anak pada usia ini sangatlah penting, terutama sekali dalam menghadapi segala pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari anak, untuk memberikan jawaban yang tepat.[9]
Dalam masa perkembangan ini maka anak akan mengalami beberapa gejolak yang mana kemungkinan besar itu akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar anak. Untuk mengatasi hal ini, maka usaha-usaha yang harus dilakukan antara lain:
· Orang tua harus bisa memberikan pendidikan yang baik sesuai masa perkembangannya
· Perkembangan anak tersebut harus dijadikan bantuan untuk melaksanakan proses belajar
· Jangan pernah menganggap bahwa perkembangan akan membuat proses belajar gagal
· Buatlah masa perkembangan tersebut sebagai proses dari belajar
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Banjarmasin: Rineka Cipta.
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Wonosobo: Pustaka Belajar.
Mubin dan Ani Cahyadi. 2006. Psikologi Perkembangan. Ciputat: Quantum Teaching.
Patmonodewo, Soemiarti. 1995. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Soemanto, Wasty. 1983. Psikologi Pendidikan. Malang: Rineka Cipta.
Witheringto. 1978. Psycology Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru.
http/www.scribd.com/doc/4652210/Pertumbuhan-dan-Perkembangan-Anak
[1] H. C. Witheringto, 1978, Psycology Pendidikan, Jakarta: Aksara Baru, hal. 142
[2] Drs. Syaiful Bahri Djamarah, 2000, Psikologi Belajar, Banjarmasin: Rineka Cipta, hal. 84-85
[3]Drs. Wasty Soemanto, 1983, Psikologi Pendidikan, Malang: Rineka Cipta, hal. 41-42
[4] http/www.scribd.com/doc/4652210/Pertumbuhan-dan-Perkembangan-Anak
[5] Drs. Mubin, M.Ag. dan Ani Cahyadi, M.Pd., 2006, Psikologi Perkembangan, Ciputat: Quantum Teaching, hal. 21-25
[6] http/www.scribd.com/doc/4652210/Pertumbuhan-dan-Perkembangan-Anak
[7] Dr. Soemarti Pandowo, 1995, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 19-20
[8]Dr. Mansur, M.A., 2005, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Wonosobo: Pustaka Belajar, hal. 26-28
[9]Drs. Mubin, M.Ag. dan Ani Cahyadi, M.Pd., op cit, hal 82-88
0 komentar:
Post a Comment