Sunday 25 September 2011


 A.  Pengertian Lingkungan Pendidikan

حد ثنا اد م وكيع قا ل حد ثنا حما ديعني ابن سلمة عن محمد عن أبي هريرة قال قال رسو ل الله صل ا لله عليه وسلم كو نو عبا دالله اخوانا لا تعا دوا ولا تبا غضوا سد دوا وقاربواوأبشروا
 Artinya: “Telah menceritakan kepada kami oleh guru kami dan ia berkata, dan menceritakan kepada kami oleh Hamadun Ibn Salamah dari Muhammad dasi Abu Hurair dan ia berkata, berkata Rasulullah Saw: Jadilah kanu hamba Allah yang bersaudara, janganlah kamu bermusuh-musuhan dan jangan saling bermarah-marahan dan jalinlah tali kerabat  dan berikan khabar gembira.”
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fidik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.[1]

B.  Macam-macam Lingkungan Pendidikan
1.    Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak dan lembaga pendidikan yang bersifat kodrat. Serta lingkungan keluarga memiliki fungsi sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak, maksudnya lembaga pendidikan keluarga member pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak, melalui pendidikan keluarga ini kehidupan emosional atau kebutuhan akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi akan kebutuhan akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi atau dapat berkembang dengan baik.[2]
Sebagai pendidikan yang pertama dan utama, pendidikan keluarga dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang kemudian dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya. Sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan mengkombinasikan antara pendidikan yang diperoleh dari keluarga dengan pendidikan lenbaga tesebut.[3]

2.    Pendidikan Di Sekolah
Sekolah merupakan situasi peralihan dari situasi peralihan ke situasi permainan kepekerjaan. Dari situasi bebas ke situasi terikat dari situasi pergaulan kecil ke pergaulan yang besar. Sifat dari lembaga Pendidikan Sekolah adalah tumbuh sesudah keluarga artinya sekolah sebagai pendidikan formal bertugas untuk menambah lmu pengetahuan dan kecerdasan akal kemudian skolah mempunyai bentuk (forum) yang jelas dalam arti memiliki program yang telah direncanakan dengan teratur dan di tetapkan dngan resmi, kemudian fungsi sekolah :
a.    Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberi pengetahuan
Walaupun tidak dapat disangkal kebenarannya bahwa sekolah itu bertugas mengembangkan pribadi anak secara menyeluruh tapi fungsi yang penting adalah menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan.
b.    Specialisasi
Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial spesialisasinya di dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
c.    Sosialisasi
Sekolah mempunyai peranan yang penting juga di dalam proses sosialisasi yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial.
Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkmbang dari pemikiran efisiensi dan efektivitas di dalam pemberian pendidikan pendidikan kepada warga masyarakat. Fungsi pemberian pendidikan memang bukan sepenuhnya dan memang tidak mungkin di serahkan sepenuhnya kepada lembaga persekolahan. Sebab pengalaman belajarm pada dasarnya bisa di peroleh di sepanjang hidup manusia, kapanpun dan di amna pun, termasuk juga di lingkungan keluarga dam masyarakat itu sendiri.
Karena itu, fungsi sekolah terikat kepada target atau sasaran-sasaran yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri. Istilah masyarakat di sini, di dalamnya termasuk orang tua, pemerintah, lembaga-lembaga pemberi kerja dalam masyarakat, serta lembaga-lembaga sosial lainya yang berkepentingan dengan hasil pendidikan. Sekolah menanggung kewajiban fungsional terhadap kelangsungan dan perkembangan hidup masyarakat, yaitu dengan jalan penyiapan dan pembinaan warga ,masyarakat sehingga memiliki kemampuan dan pribadi yang di harapkan.[4]

3.    Pendidikan dalam Perkumpulan Pemuda
Jika pendidikan dalam keluarga mempunyai peranan penting di dalam menanamkan dasar pendidikan moril dan agama sedangkan peranan sekolah terutama dalam mengembangkan kecerdasan dan menyampaikan pengetahuan, maka peranan organisasi pemuda ini terutama di dalam mengembangkan segi sosial dari kehidupan pemuda.

C.  Jenis Lingkungan Belajar
Dari semua lingkungan masyarakat yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan buatan.
1.    Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama dan system nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Sebagai contoh : Dalam pelajaran Ilmu Bumi dan Kependudukan siswa diberi tugas untuk mempelajari aspek kependudukan di rukun tetangganya.

2.    Lingkungan Alam
Lingkungan Alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu, udara, musim, curah hujan,flora (tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan dfan lain-lain). Aspek-aspek lingkungan alam di atas dapat di pelajari secara langsung oleh para siswa melalui cara-cara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dengan mempelajari lingkungan alam diharapkan para siswa dapat lebih memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan cinta alam, kesadarn untuk menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta dalam menanggulangi kerusakan dan pencemaran limgkungan serta tetap menjaga keletariam kemampuan sumber daya alam bagi kehidupa manusia.  

3.    Lingkungan Buatan
Di samping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang bersifat alami, ada juga yang di sebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau di bangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan antara lain irigasi atau pengairan, bendungan, pertamanan, kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit listrik. Penggunaan lingkungan belajar dapat dilaksanakan dalam jam pelajaran  bidang studi di luar jam pelajaran dlam bentuk penugasan kepada siswa atau dalam waktu khusus yang sengaja disiapkan pada akhir semester atau pertengahan semester.[5]

D.  Mesjid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Secara harfiah, mesjid adalah “tempat untuk bersujud”. Namun, dalam arti termologi, mesjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti yang luas.
Pendidikan Islam tingkat pemula lebih baik dilakukan di mesjid sebagai lembaga pengembangan pendidikan keluarga, sementara itu dibutuhkan suatu lingkaran (lembaga) dan ditumbuhkannya. Dengan tesipta lingkaran tersebut, bukan berarti fungsi mesjid berhenti, tetapi tetap memberikan sahamnya dalam menciptakan dan menimbulkan lingkaran baru lagi.
Dewasa ini, fungsi mesjid mulai menyempit, tidak sebagaimana pada zaman Nabi SAW. Hal itu terjadi karena lembaga-lembaga sosial keagamaan semakin memadat, sehingga mesjid terkesan sebagai tempat ibadah shalat saja. Pada mulanya, mesjid merupakan sentral kebudayaan masyarakat Islam, pusat organisasi kemasyarakatan, pusat pendidikan, dan pusat pemukiman (community center), serta sebagai tempat ibadah dan I’tiqaf.

Implikasi mesjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah:
1.    Mendidikan anak untuk tetap beribadah kepada Allah SWT.
2.    Menanamkan rasa cinta kepadailmu pengetahuan dan memnanamkan solidaritas sosial, serta menyadarikan anak-anak dan kewajiban-kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial dan warga Negara.
3.    Memberikan rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi rohani manusia melalui pendidikan kesabaran, perenungan, optimism, dan mengadakan penelitian.
Fungsi mesjid bisa lebih efektif bila di dalamnya disediakan fasilitas-fasilitas terjadi proses belajar mengajar. Fasilitas yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1.    Perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagai disiplin keilmuan.
2.    Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum dan sesudah shalat berjamaah. Program inilah yang dikenal dengan istilah “I’tiqaf ilmiah”. Langkahlangkah praktis yang ditempuh dalam operasionalisasinya adalah memberikan perencanaan terlebih dahulu dengan menampilkan beberapa pokok persoalan yang akan dibahas. Setelah berkumpul para audien (makmum), diskusi dapat dimulai pada rungan yang telah disediakan. Kira-kira sepuluh sampai lima belas menit sebelum shalat jamaah, diskusi diberhentikan dan beralih pada “I’tiqaf profetik” (zikir). Sebaliknya, jika diskusi ini dilakukan sesuai shalat jamaah, i’tiqaf profetik didahulukan dan kemudian diganti dengan I’tiqaf ilmiah.
3.    Ruang kuliah, baik digunakan untuk training (tadrib) remaja mesjid, atau juga untuk Madrasah Diniyah. Kurikulum yang disampaikan khusus mengenai materi-materi keagamaan untuk membantu pendidikan formal, yang proporsi materi keagamaannya lebih minim dibandingkan dengan proporsi materi umum.
4.    Apabila memungkinkan, teknik hotbah dapat diubah dengan teknik komunikasi transaksi, yakni antara khatib dengan para audien, terjadi dialog aktif satu sama lain, sehingga situasi dalam khotbah menjadi semakin aktif dan monoton.[6]

E.  Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Hubunagan antara sekolah dengan masyarakat, paling tidak bisa dilihat dari dua segi, yaitu:
1.      Sekolah sebagai patner dari masyarakat didalam melakukan fungsi pendidikan
2.      Sekoalah sebagai produser yang melayani pesanan-pesanan pendidiakn dari masyarakat.
Dilihat dari sudut pandangan pertama, maka berikut ini diberikan dua gambaran hubungan funsional diantara keduanya. Pertama, fungsi pendidikan di sekolah, banyak dipengaruhi pula oleh corak pengalaman seseorang dilingkungan masyarakat. Kedua, fungsi pendidiakan disekolah, sedikit banyak akan dipengaruhi oleh sedikit yang banyaknya serta fungsional tidaknya pendaya penggunakan sumber-sumber belajar di masyarakat.
Dilihat dari sudut pandang kedua, yaitu hubungan sekolah sebagai prosedur di satu pihak dengan masyarakat sebagai pemesan atau consumer di pihak lain, berarti keduanya memiliki ikatan hubungan rasional berdasarkan kebutuhan di kedua belah pihak.

F.   Pendapat Tokoh Pendidikan
1.    Ki Hajar Dewantara (RM Soewandi Soerjaningrat)
Ki Hajar Dewantara (RM Soewandi Soerjaningrat) memfokuskan penyelenggaraan lembaga pendidikan dengan Tricentra yang merupakan tempat pergaulan anak didik dan sebagai pusat pendidikan yang amat penting baginya. Tri centra itu ialah :
a.    Alam keluarga yang membentuk lembaga pendidikan keluarga
b.    Alam perguruan yang membentuk lembaga pendidikan sekolah
c.    Alam pemuda yang membentuk lembaga pendidikan masyarakat
2.    Sidi Gazalba
Sementara menurut Sidi Gazalba, yang berkewajiban menyelenggarakan lembaga pendidikan adalah:
a.    Rumah tangga, yaitu pendidikan adalah pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanak-kanak sampai usia sekolah.
b.    Sekolah yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk sekolah sampai keluar dari sekolah tersebut.
c.    Kesatuan sosial, yaitu pendidikan tersier yang merupakan pendidikan yang terakhir tapi bersifat permanen.
3.    Plato
Plato (filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 M) mengatakan bahwa: “Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesemurnaan.”
4.    Aristoteles
Aristoteles (filosof terbesar Yunani, guru Iskandar Makedoni, yang dilahirkan pada tahun 384 SM-322 SM) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran”.
5.    Rousseau
Rousseau (filosof Prancis, 1712-1778 M) mengatakan bahwa : “Pendidikan ialah pembekalan diri kita dengan sesuatu yang belum ada pada kita sewaktu masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya di waktu dewasa”.
6.    Ibnu Muqaffa
Ibnu Muqaffa (salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H- 143 H, pengarang Kitab Kalilah dan Daminah) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani.”
Pendapat pribadi, saya setuju dengan pendapat para ahli karena memang benar lembaga pendidikan yang paling berperan utama dalam diri seorang anak adalah keluarga, karena keluarga itu member suatu karate jiwa, serta pemberian pendidikan akhlak, dan masih banyak lainnya. Lalu dilanjutkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya, baik itu sekolah maupun pendidikan sosial lainnya.

1 comment:

  1. Artikel yang bagus dan berguna untuk saya baca. Semoga bermanfaat bagi orang banyak yang membaca artikel ini. Terimakas atas informasi yang diberikan.
    Kunjungan balik blog .

    ReplyDelete

Categories

Popular Posts

SAHABAT BLOGGER

Ordered List