Saturday, 10 September 2011

Ada yang mengatakan bahwa orang kafir mati akan di hisab. Sebab buat apa di hisab? Bukankah ia sudah pasti akan disiksa di neraka untuk selama-lamanya? Buakankah orang kafir tidak memiliki kebaikan sedikitpun karena kekufurab mereka? Pendapat yang benar adalah bahwa mereka kelak juga akan dihisab. Namun hisab pada mereka tidak sebagaimana hisab untuk orang-orang yang beriman.
Orang-orang yang kafir akan dihisab dengan hisab yang berat, dengan kondisi tangan terantai, lutut di tekuk dengan kepala menunduk. Semua itu diperlakukan pada mereka sebagai bentuk penghinaan pada mereka, juga menegakkan argumentasi kepada mereka bahwa apa yang mereka perbuat selama didunia adalah kesalahan sekaligus bukti keadilan Allah atas mereka. Di sisi lain sebenarnya orang-orang kafir juga terkena taklif sya’I dalam perkara-perkara pokok dan cabang syari’at.
Orang-orang itu juga akan dihisab, disebabkan kekafiran yang mereka lakukan juga bertingkat-tingkat dosa dan maksiatnya. Demikian pula nanti neraka dan siksaan yang ditimpakan kepada meraka berbeda-beda. Pada petinggi dan pemimpin keturunan tentinya mendapatkan ganjaran yang berbeda dengan anak buahnya yang mungkin hanya mengikuti semata-mata. Semakin berat kejkafiran maka semakin berat pula siksaan mereka.
Saat masing-masing manusia berjalan menuju tempat perhitungan mereka semua berputus asa dari berharap kepada orang lain. Masing-masing hanya mampu menyelamatkan dirinya dengan apa yang telah mereka usahakan selama didunia. Allah maha adil, sebagaimana setiap ,manusia hanya akan memperoleh ganjaran dari apa yang mereka usahakan, begitu pula mereka menanggung dosa yang dia perbuat, seseorang tidak akan disiksa karena orang lain, kecuali ia memiliki andil dalam perbuatan dosa tersebut meski sebatas dorangan ucapan. Tidak ada dosa turunan atau karma, tidak ada pemimpdahan dosa kepada seseorang tanpa sebab, seriap manusia akan disiksa sesuai dengan amal masing-masing.
Meski seorang hanya menanggung dosa yang ia lakukan, namun boleh jadi ia juga terkena akibat dari perbuatan orang lain. Jika Allah juga memberi pahala kepada seseorang yang menunjukkan orang lain ke jalan kebaikan dan ia juga mengerjakannya. Maka Allah pun menghukum seseorang yang menjadi sebab orang lain berbuat maksiat. Orang yang membuat sunnah sayyi’ah akan menanggung dosa orang lain yang mengerjakannya tanpa mengurangi dosa orang tersebut sedikitpun. Alllah berfirman, “Dan mereka sungguh akan memikul dosa mereka dan dosa orang lain yang menyertai dosa mereka” (QS. An-Nahl ayat:25).
Ali bin Abi Thalib pernah berkata,”Dunia yang halal akan di hisab dan yang haram akan di azab”. Sungguh mereka yang di dunia hidup dengan gemerlapnya perhiasan dan mewahnya kehidupan akan merasakan akibat berat di saat hari hisab. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa disaat orang-orang kaya dihisab merek melihat golongan fuqara dan orang-orang miskin lewat di hadapan mereka, golongan itu melalui hisab yang sangat cepat.
Meski demikian bukan berarti orang kaya tidak berpeluang untuk memperoleh kedudukan yang lebih baik dari orang miskin. Ibnu Qayyim menyebutkan dalam Hadiul Arwah bahwa meski orang-oeang miskin lebih dahulu selesai hisabnya, namun orang-orang kaya sangat mungkin mendapatkan kedudukan surga yang lebih tinggi. Hal itu disebabkan bahwa orang kaya memiliki banyak amalan yang tidak mampu dikerjakan oleh orang-orang miskin seperti ibadah haji, zakat, sedekah, mengasuh anak yatim, jihad bil mal and lain sebagainya.
Termasuk peristiwa yang membuat pecah hati manusia adalah saat Allah menanyakan segala kenikmatan yang telah diberikan oleh-Nya selama di dunia. Allah mengingatkan “kemudian pada hari itu sungguh kalian akan di Tanya tentang semua kenikmatan.”[QS. At-Takatsur (102) : 8]
Para ulama menyebutkan bahwa kenikmatan tersebut adalah segala kenikmatan yang telah dirasakan baik itu berupa kesehatan, makanan yang mengenyangkan, air yang sejuk, naungan tempat tinggal, ketulusan hati dan tempat tidur yang nyaman, termasuk juga kesehatan badan, pendengaran dan penglihatan.
Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah bersabda, “sesungguhnya kenikmatan yang pertama kali ditanyakan kepda seorang hamba pada hari kiamat adalah ‘bukankah telah kami sehatkan badanmu dan telah kami alirkan air untukmu?.”
Rasulullah SAW menyebutkan bahwa diantara nikmat yang paling banyak didustakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang. Hal itu diwujudkan dalam bentuk malasnya merka menunaikan kewajiban-kewajiban agama disaat waktu luang dan disaat kondisi tubuh mereka normal. Disaat usia masih belia mereka lebih banyak menggunakannya untuk maksiat, baru disaat tua mereka bertobat. Maka gunakanlah waktu sehat dan kondisi lapang tersebut untuk mensyukuri nikmat-Nya.
Jika seorang hanya mampu menjawab bahwa semua kenikmatan yang ia miliki digunakan untuk ketaatan kepada-Nya, maka ia telah mensyukuri nikmat tersebut, dan kelah Allah akan membalas rasa syukurnya dengan kenikmatan yang lebih baik, sebaliknya jika hamba tersebut menggnakan semua kenikmatan di luar ketaatan kepada-Nya, bisa dipastikan bahwa Allah akan meminta pertanggung jawaban atasnya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa yang pertama kali akan dihisab pada seorang hamba dalam berhubungan kepad Allah adalah shalat, sedang dalam hubungan kemanusiaan adalah darah. Jika seorang hamba memiliki kualitas shalat yang baik, dipastikan bahwa seluruh amalannya menjadi baik. Sebaliknya jika shalatnya rusak dan tidak berkualitas, maka lainnya menjadi tidak banyak bernilai.
Nabi bersabda, “Sesungguhnya diantara amalan seorang hamba yang paling pertama kali dihisab di hari kiamat nanti adalah shalat,” beliau melanjutkan, Allah berfirman kepada para malaikat-Nya, “Perhatikanlah shalat hamba-Ku itu.” Apabila sudah sempurna, dituliskan pahalanya dengan sempurna. Dan apabila masih kurang, Allah bertanya lagi, “Apakah ia melakukan shalat sunnat? Sempurnakan shalat hamba-Ku itu dengan sahalat sunnah itu.”
Ada segelintir manusia yang akan memperoleh keberuntungan dengan masuknya mereka ke dalam syurga tanpa melalui proses hisab disebabkan agungnya amalan yang mereka perbuat semasa di dunia. Mereka itu adalah para mujahid yang ikhlas berjihad di jalan Allah, juga mereka yang melakukan ribath (berjaga diperbatasan negeri). Kepada mereka Rasulullah SAW menjanjikan bebasnya mereka dari hisab.
Banyak bangsa dari kelompok akan saling berbantah, menghujat, dan membela diri. Lantas Allah member keputusan atas persengketaan mereka tersebut. Setelah senuanya selesai, Allah akan mengadakan perhitungan amal atas tiap individu. Hisab atas tiap individu ini dimulai dengan persidangan atas berbagai kezaliman dan perampasan hak individu atas individu yang lain. Semuanya akan mendapat balasan yang setimpal, tanpa ada kezaliman sedikit pun dari Allah. Allah SWt berfirman:
           
Artinya: “Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan yang hidup kekal lagi Senantiasa mengurus (makhluk-Nya). dan Sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman.” (QS. Thaha [20]: 111).
Pada saat perhitungan kezaliman dan perbuatan aniaya sesama hamba di hadapan Allah ini sekecil apapun bentuk kezaliman yang dilakukan oleh seseorang akan diberi balasan. Demikian pula halnya, sekecil apapun hak orang lain yang masih berada pada orang lain, niscaya diperiksa dan harus dikembalikan kepada pemilik sebenarnya. Barang siapa menganiaya, meminjam uang atau barang atau mempunyai tanggungan hak atas orang lain saat di dunia, niscaya pada hari tersebut dituntut untuk melunasinya. Bukan dengan uang, karena tidak mempunyai kekayaan sedikitpun di akhirat. Ia harus membayar hak orang lain tersebut dengan amal kebaikannya.
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang melakukan kezaliman kepada saudaranya, baik mengenai kehormatannya atau hal apapun selainnya, hendaklah ia meminta dihalalkan saat ini, sebelum datang suatu hari yang tidak ada dinar maupun dinar untuk melunasinya. Jika ia mempunyai amal shaleh, niscaya amal shalehnya akan diambil sebesar kadar kezalimannya. Jika ia tidak lagi mempunyai amal-amal keburukan saudaranya, kenudian dicampakkan kepadanya untuk ia tanggung.”
Hak sesame hamba yang pertama kali akan diperiksa dan diberi balasan setimpal adalah hak nyawa. Maka pembunuhan yang mengakibatkan orang lain kehilangan hak hak hidup merupakan kejahatan pertama yang akan diperiksa oleh Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang shahih dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

اؤل مايقضى بين الناس يوم القيامة فى الدماء
Artinya: “Sesungguhnya perbuatan (kejahatan ) diantara sesame manusia yang pertama kali akan diberi keputusan pada hari kiamat kelak adalah persoalan darah (pembunuhan).”
Setelah itu, hak selanjutnya yang akan diperiksa adalah hak harta. Harta orang lain yang ia ambil dan rampas secara tidak hak, akan dituntut dan dimintai pertanggungjawaban. Walau hanya satu rupiah harta hasil riba atau korupsi, misalnya, akan dicecar dengan pertanyaan yang membuatnya tersudut dan tidak mampu berkutik. Betapa tidak, sedangkan satu helai selendang yang dicuri oleh seorang yang tewas di medan jihad saja membuatnya disikasa di dalam kubur dantertahan hisabnya di padang mahsyar.
Setelah itu akan diadakan pembalasan setimpal atas kezaliman dengan kalimat. Semua gunjingan, adu domba, celaan, umpatan, ejekan, ucapan kotor, perkataan dusta, sumpah palsu dan ucapan –ucapan yang menzalimi orang lain, akan ditunjukkan dan dimintai pertanggungjawaban. Benar-benar tidak ada satu ucapan dan perbuatan zalim pun yang terlewatkan, semuanya akan dihisab dan dimintai pertanggungjawaban.

0 komentar:

Post a Comment

Categories

Popular Posts

SAHABAT BLOGGER

Ordered List