Melihat munculnya Hadits-Hadits palsu, para ulama’ tidak tinggal diam. Mereka melakukan segala usaha dan upaya untuk memberantas Hadits palsu. Diantara usaha yang dilakukan para ulama’ adalah;
a. Berpegang pada Sanad
Karena berpegang pada sanad, seorang perawi dapat mengetahui atau mengecek kembali apakah perawi sebelumya itu termasuk yang tsiqah atau tidak. Jika perawinya adalah termasuk ahlul bathil dan ahlul bid’ah atau yang dikenal sebagai orang yang tidak dapat dipercaya. Maka riwayatannya akan ditinggalkan. Sebaliknya perawi Hadits hanya akan menerima
Hadits-Hadits yang perawinya tsiqah dan terpercaya. Dalam hal ini Abdullah bin Sirrin mengatakan:”Mulanya mereka tidak bertanya mengenai sanad, namun manakala terjadi fitnah mereka selalu menanyakan: sebutkan oleh kalian perawi-perawi kalia. Jika perawinya termasuk ahlus sunnah diterimanya Hadits. Dan jika ia temasuk ahlul bid’ah Haditsnya tidak diterima”.
b. Ketelitian dalam Meriwayatkan Hadits
Disamping sanad, para ulama mulai zaman tabi’in hingga zaman setelah mereka sangat teliti dan hati-hati dalam meriwayatkan Hadits. Hingga dari ketelitian tersebut dapat diketahui suatu Hadits maqbul atau mardud. Kemudian juga dipilah-pilah antara metode yang satu dan yang lainnya. Sehingga keotentikan Hadits tetap terpelihara hingga kini”.
c. Memerangi Para Pendusta dan Tukang Cerita
Para ulama Hadits juga memerangi para Pendusta Hadits dan juga para tukang cerita yang dikenal gemar memasulkan Hadits dengan cara menjelaskan dan mewanti-wanti mereka agar jangan mendekati dan mendengarkan mereka. Ulama Hadits juga menerangkan Hadits-Hadits maudhu’ tersebut kepada para murid-muridnya dan mengingatkan mereka untuk tidak meriwayatkan Hadits-Hadits palsu tersebut. Diantara para ulama yang dikenal sangat ”keras” terhadap Pemalsu Hadits adalah imam Syu’bah bin Al-Hajjaj (W. 160 H), Amir al-Sya’bi (W. 103. H), Sufyan al-Tsauri (W. 161 H), Abdurrahman bin Mahdi (W. 198H).
d. Menjelaskan ”status” perawi Hadits
Terkadang perawi Hadits harus menjelaskan mengenai keadaan perawi Hadits yang diriwayatkannya. Sejarah hidupnya, guru-gurunya, murid-muridnya, perjalanannya dalam menuntut Hadits dan lain sebagainya. Sehingga dari sini setiap perawi Hadits dapat diketahui ”statusnya”, apakah ia yang diterima sebagai perawi ini akhirnya memunculkan ilmu baru dalam Hadits, yaitu ilmu jarh wa ta’dil dan ilmu ruwatul Hadits. Dari ilmu in seseorang yang belajar Hadits akan dapat menjumpai mana Hadits yang shahih, hasan atau dhaif. Yang dhaif pun dapat diklasifikasikan apakah karena keterputusan sanad atau karena sebab lainnya. Sehingga Hadits tetap terjaga hingga sekarang ini.
e. Membuat kaidah-kaidah untuk mengetahui Hadits palsu
Disamping semua usaha yang telah dilakukan oleh para ulama sebagaimana di atas, ulama Hadits juga meneliti matan yang terdapat pada Hadits-Hadits palsu tersebut. Tujuan dari penelitian itu adalah agar dibuat kaidah-kaidah atau ciri-ciri khusus yang terdapat pada Hadits-Hadits palsu, agar setiap orang dapat membedakan antara Hadits dengan Hadits palsu. Usaha-usaha yang dilakukan oleh orang untuk memalsukan Hadits-Hadits Rasululloh SAW, namun Allah SWT tetap menunjukkan kepada kaum Muslimin betapa usaha mereka mendapatkan perlawanan yang hebat dari kaum Muslimin itu sendiri. Sehingga sunnah senantiasa tetap terjaga keotentikannya hingga hari ini dan Insya Allah hingga akhir zaman nanti. Barangkali inilah yang telah Allah janjikan dalam kitabnya. 61:8. Artinya: ”Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya_Nya meskipun orang-orang kafir benci”.
Namun sebagai hamba-hamba Allah dan juga sebagai pengikut setia Rasululloh SAW, seharusnya generasi-generasi sekarang ini juga memahami dan tetap mewaspadai akan munculnya Hadits-Hadits palsu, yang tidak mustahil juga akan bermunculan pada era-era ini. Atau paling tidak dapat menjelaskan ke masyarakat mengenai Hadits-Hadits palsu yang beredar di masyarakat dengan sangat Masyhur, sementara mereka sendiri tidak mengetahui kepalsuan Hadits tersebut. Semoga Allah melimpahkan pahalanya kepada para ulama’ yang telah mengerahkan segala tenaga dan fikirnannya untuk ”menyelamatkan” sunnah dari tangan-tangan jahil yang akan merusaknya. Dan semoga kita dapat mengikuti langkah kaki mereka menuju keridhoan Allah SWT.
0 komentar:
Post a Comment