Friday 30 August 2013

kali ini saya akan memposting dari hasil tugas kuliah saya tentang kehidupan dunia ^_^

Kehidupan di dunia merupakan permainan dan senda gurau. Ada kalanya menang ada kalanya kalah. Susah dan senang silih berganti. Senangnya merupakan kesenangan yang menipu, sedihnya merupakan kesengsaraan sementara. Itulah di namakan kehidupan di alam fana. Sungguh berbeda dengan kehidupan sejati dan abadi di akhirat  nanti. Barangsiapa senang, maka ia akan selamanya senang (Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan ini). Barangsiapa menderita, maka ia akan menderita selamanya (na’udzu billahi min zalik).
 Al-Quran menyebutkan bahawa kehidupan di dunia tidak lebih hanya main-main dan senda gurau semata:

“Dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An’am: 32)
Maksudnya: kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal. janganlah orang terperdaya dengan kesenangan-kesenangan dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.


“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadiid: 20)
Menurut Al-Maraghi bahwa ayat tersebut menggambarkan sifat dari kehidupan dunia, diantaranya adalah yang mudah sirna, sebagaimana halnya hujan yang turun dan membelah bumi yang tandus, kemudianberaneka ragam tanaman tumbuh, hijau menguning, menyenangkan petani atau orang yang menanamnya, kemudian tidak lama pohon tersebut menua,layu dan kering kemudian mati. hal ini tidak berarti bahwa seseorang dilarang mencari dan menikmati kehidupan dunia, namun yang dianjurkan agar ia tidak terperdaya hanya mementingkan kehidupan didunia, melupakan akhirat. Kehidupan dunia justru harus dilihatdalam mencari kehidupan akhirat. Hal lain yang perlu dicatat, bahwa jika seseorang hanya memenyingkan kehidupan dunia,maka yang ia dapati hanya kehidupan dunia itu saja. Sedangkan jika ia mementingkan kehidupan akhirat, ia akan mendapatkan dunia dan akhirat, sebab untuk mencapai kebahagiaan hidup diakhirat ia harus mencapai kehidupan dunia. Orang yang bersedekah atau berinfak dijalan allah misalnya ia harus memiliki harta. Demikian pula yang akan menjalankan ibdah haji, juga harus memerlukan harta benda.
Tingkatan kehidupan manusia di dunia dalam hubungannya dengan kehidupan akhirat, maka manusia terbagi menjadi tiga kelompok: kelompok pertama yaitu orang yang melihat dunia ini hanya tempat persinggahan sementara untuk melakukan investasi amal ibadah kebajikan untuk hidup di akhirat. Kelompok ini tidak membenci dunia, bahkan memerlukan dunia (harta) tetapi dunia (harta) tersebut bukan sebagai tujuan, melainkan sebagai alat. Ia juga memiliki harta, namun tidak sampai terperdaya dan terpesona oleh harta tersebut.
Sedangkan kelompok yang kedua yaitu kelompok yang hampr saja terbuai, terpedaya dan terlena oleh kehidupan dunia, dan hampir saja melupakan akhirat. Pada masa mudanya orang ini gemar mengumpulkan harta benda, berfoya-foya, memperturutkan selera hawa nafsu, dan lupa mengerjakan amal ibadah untuk bekal kehidupan akhirat. Kesadaran akan perlunya bekal kehidupan akhirat baru terjadi menjelang akhir hayatnya di waktu tua. Ia segera bertaubat memohon ampunan kepada allah, diiringi dengan memperbanyak ibadah.
Adapun kelompok yang ketiga adalah mereka yang benar-benar terbuai, terpesona dan tergila-gila oleh harta benda. Hidupnya hanya untuk dunia, memperturutkan hawa nafsu, tanpa sedikitpum memikirkan kehidupan akhirat. Sikap yang seperti itu, ia lakukan sampai ajal (kematian) datang menjemputnya, tanpa ada sedikitpun waktu untuk bertaubat dan memperbaiki perbuatan buruknya. Allah SWT senagai Yang Maha Pengasih dan Penyayang, mengingatkan kepada makhluk-Nya agar jangan sampai terpedaya oleh kenikmatan dunia yang demikian itu dalam surat Al-Hadid ayat 20.
Adanya kehidupan akhirat dengan berbagai permasalahannya bukanlah termasuk masalah empiris yang dapat diobservasi, melainkan termasuk masalah yang hanya dapat diimani, yaitu mengimani adanya berdasarkan informasi yang diberikan oleh Allah. Atas dasar keyakinan ini, maka untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang kehidupan akhirat harus merujuk kepada informasi yang diberikan Allah di dalam al-Qur’an.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, terlihat bahwa keimanan terhadap hari akhirat paling kurang memiliki empat implikasi kependidikan sebagai berikut: Pertama, implikasi materi atau muatan pendidikan. Yakni bahwa keimanan terhadap hari akhirat merupakan bagian terpenting dari materi pelajaran yang harus diberikan.
Kedua, implikasi materi atau muatan pendidikan akhlak sebagai hasil dari materi pendidikan keimanan. Dengan keimanan yang kuat akan adanya hari akhirat seseorang akan memanfaatkan kehidupannya di dunia ini untuk melakukan amal ibadah dan perbuatan kebajikan yang sebanyak-banyaknya. Bersamaan dengan itu, juga dapat mendorong seseorang untuk menjauhkan perbuatan yang tercela.
Ketiga, implikasi evaluasi pendidikan yang berfungsi untuk melihat hasil pendidikan secara obyektif. Yaitu evaluasi yang didasarkan kepada hasil yang dicapai oleh setiap orang yang menjadi sasaran dalam kegiatan pendidikan.
Keempat, implikasi administrative, yakni bahwa hasil dari proses pendidikan sekecil apapun harus dihitung, dinilai, dan dipadukan secara komprehensif dan dikoleresikan antara satu bagian dengan bagian yang lain, sehingga dapat diketahui hasilnya secara utuh.

Tafsir Ibnu Katsir
Menerangkan bentuk kehidupan dunia dalam semua tingkatnya sejak kecil berupa main-main, kemudian berubah menjadi hiburan, lalu perhiasan kecantikan dan ketampanan dan berbangga-banggaan, kemudian berbanyak-banyak harta dan anak buah, jika telah mencapai usia cukup tua. Tidak berbeda dengan air hujan yang di atas ladang, kebun dan menumbuhkan berbagi tumbuhan yang sangat menakjubkan. Orang-orang yang memperhatikannya, terutama orang-orang kafir yang tidak mengenal akhirat, mereka sangat kagum melihat hasil yang diperoleh dari kebun dan ladang itu. Kemudian tiba saatnya daun-daun tumbuhan itu menjadi kuning lalu berguguran menjadi sampah. Itulah contoh dunia bagimana indahnya akan habis, rusak dan binasa. Sedangkan akhirat ada siksa yang sangat berat keras, disamping ada pengampunan dan ridha Allah. Kehidupan dunia hanyalah bekal kesenangan sementara bagaikan menipu bagi orang yang menyangka akan dapat hidup kekal selamanya.

Tafsir Jalalain
(Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan) sebagai perhiasan (dan bermegah-megahan antara kalian serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak) artinya, menyibukkan diri di dalamnya. Adapun mengenai ketaatan dan hal-hal yang membantu menuju kepadanya termasuk perkara-perkara akhirat (seperti) kehidupan dunia yang menyilaukan kalian dan kepunahannya sesudah itu bagaikan (hujan) bagaikan air hujan (yang membuat orang-orang yang bertani merasa kagum) merasa takjub (akan tanam-tanamannya) yang tumbuh disebabkan turunnya hujan itu (kemudian tanaman itu menjadi kering) lapuk dan kering (dan kamu lihat warnanya yang kuning itu kemudian menjadi hancur) menjadi keropos dan berjatuhan ditiup angin. (Dan di akhirat ada azab yang keras) bagi orang-orang yang lebih memilih keduniaan (dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya) bagi orang-orang yang lebih memilih akhirat daripada dunia. (Dan kehidupan dunia ini tidak lain) maksudnya bersenang-senang dalam dunia ini tiada lain (hanyalah kesenangan yang menipu).

sekian dulu postingan hari ini, kalau ada kekeliruan dalam postingan ini mohon maaf, karena saya juga dalam tahap belajar. ^_^

10 comments:

Categories

Popular Posts

SAHABAT BLOGGER

Ordered List